Rabu, 19 November 2025

OLIGARKI sudah ada sejak zaman kuno, dalam kehidupan manusia. Oligarki atau Oligarkhia (bahasa Yunani), secara harfiah adalah sebuah dominasi dari sedikit individu, atau sekelompok kecil dalam sebuah kelompok besar.

Dalam kehidupan modern, Oligarki adalah kumpulan individu atau kelompok kecil yang memiliki kekuatan besar. Mereka biasanya adalah penguasa akses ekonomi atau penguasa dari sebuah kekuasaan, atau gabungan dari keduanya.

Dalam oligarki ini, mereka yang hanya sedikit atau sekelompok kecil, pada kenyataannya menjadi pihak yang paling kuat. Mereka menguasai, mengatur dan menjalankan ’aturan’ sesuai dengan kepentingannya.

Dalam sejarah politik modern, oligarki telah cukup identik dengan kepentingan politik. Oligarki dan kepentingan Politik bisa dikatakan telah ’berkolaborasi’ dalam mencapai tujuannya.

Di masa lalu, kolaborasi antara Oligarki dan kepentingan politik telah menciptakan dominasi di beberapa negara. ’Kejayaan’ dari berkolaborasinya Oligarki dan kepentingan politik, disebut-sebut pernah terjadi di Indonesia saat rezim orde baru berkuasa.

Dalam teori politik, campur tangan oligarki berpotensi memunculkan sekelompok kecil individu yang akan menguasai banyak kekuasaan. Bagi demokrasi, ini adalah ancaman bagi hilangnya hak-hak warga negara dalam kehidupan berpolitik atau bahkan bernegara.

Oligarki dianggap sebagai ancaman bagi demokrasi dan juga akar dari pengrusakan aset-aset negara oleh para pejabat publik. Seperti korupsi maupun penyalahgunaan kekuasaan dalam mengambil keputusan.

Lalu bagaimana dengan Indonesia terkini? Sejak orde baru runtuh, oligarki di Indonesia disebut-sebut kehilangan tempatnya. Namun perlahan-lahan mulai muncul kembali, dalam proses-proses politik terkini.

Meskipun tidak secara terang benderang, Oligarki saat ini banyak dikatakan telah menguasai pemerintahan. Partai Politik, yang sebenarnya merupakan garda depan kehidupan politik, diduga juga sudah dikuasai Oligarki.

Memasuki Pilkada Serentak yang akan segera berlangsung, sepak terjang Oligarki disebut-sebut semakin menjadi. Kekuatan Oligarki disinyalir mulai bergerak menyusun keinginan mereka.

Isu bahwa Oligarki telah kembali terlibat dalam politik nasional, mulai banyak disebut banyak orang. Namun demikian, kesadaran rakyat sepertinya belum mencapai level ‘khawatir’. Sejauh proses-proses politik yang terjadi, rakyat masih menganggap hal itu adalah sesuatu yang ‘wajar’.

Kesadaran politik rakyat Indonesia, dengan budaya dan perilakunya dalam politik, sepertinya memberi kesempatan besar bagi Oligarki untuk beraksi. Politik transaksional yang menjadi roh dalam kehidupan politik Indonesia saat ini, menjadi celah besar bagi tampilnya Oligarki.

Bisa jadi, Pilkada Serentak yang akan menjadi menu terakhir di pesta demokrasi Indonesia tahun ini, akan diwarnai munculnya bentuk-bentuk Oligarki. Para penggiat demokrasi, bisa saja khawatir mengenai hal ini. Namun terkadang rakyat memiliki kehendaknya sendiri.

Diluar sisi gelapnya, Oligarki konon juga memiliki sisi positif dalam kehidupan jika berada di tangan kelompok yang tepat. Karena hanya melibatkan sedikit individu, maka mereka bisa bekerja secara efisien melalui kekuasaan yang didapatkan.

Dengan begitu, Oligarki bisa membuat dan menjalankan keputusan dengan cepat. Lebih efisien, tanpa harus mempertimbangkan banyak pendapat dari banyak pihak.

Namun, sisi positif dari Oligarki itu hanya bisa didapatkan manakala Oligarki yang berkuasa memiliki kebijaksanaan. Jika tidak, maka yang muncul adalah sisi buruk yang selama ini telah menyertai Oligarki.

Rakyat Indonesia tentu saja tidak ingin Oligarki dengan sisi kelamnya memainkan peran dalam Pilkada Serentak nanti. Namun, jika pada akhirnya tidak ada yang kuasa menahan kekuatan ini, maka yang bisa dilakukan hanyalah berdoa.

Semoga Tuhan menyertai Republik tercinta ini.(*)

Komentar

Terpopuler