Rabu, 19 November 2025

Selain teater, ada seni musik, rupa, tari, wayang, serta kesenian lainnya. Namun, Kudus juga belum memiliki gedung yang murni untuk ruang apresiasi berkesenian dan kebudayaan itu.

Dulu ada Gedung Ngasirah di Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Gedung itu mulanya menjadi markas angkatan darat milik Batalion 408 dan 409 di masa kemerdekaan.

Oleh Pemkab Kudus lokasi itu kemudian dipermak menjadi Gedung Wanita yang diberi nama Gedung Ngasirah pada 1983. Mulanya, bangunan itu diperuntukkan untuk meningkatkan peran wanita sebagai gedung pertemuan sekaligus mengenang sejarah di Kudus.

Di era kejayaannya, Gedung Ngasirah kerap juga digunakan panggung apresiasi seni dan budaya. Di era 90an, banyak panggung seni tersaji, salah satunya seni musik.

Beberapa festival musik hampir tak pernah absen setiap tahunnya. Namun, lambat laun gedung itu menjadi tak terawat dan sempat menjadi tempat penyimpanan arsip sebelum akhirnya dirobohkan di era Bupati Musthofa jelang akhir kepemimpinannya.

Kemudian, ada juga Gedoeng Rakjat yang kini menjadi Taman Bojana, kawasan Simpang Tujuh Kudus. Bangunan itu juga menjadi tempat pertunjukan seni wayang orang dan ketoprak.

Gedung itu dibangun pada 1953, namun kemudian berubah menjadi gedung Bioskop Ramayana Teather. Lokasi ini juga sempat ditempati STIE Kudus (cikal bakal Universitas Muria Kudus). Namun, pada 1990an, Bioskop Ramayana tutup dan bangkrut seiring redupnya industri film nasional.

Kemudian, ada Gedung Pemuda di Jalan Ahmad Yani yang sebelumnya merupakan bangunan milik Warga Negara China. Saat era Orde Lama bangunan tersebut bernama Sasono Langen Suka yang berarti tempat untuk Bersuka Ria.

Dirobohkan...

Komentar