Selasa, 18 November 2025

NAMA Sudewo bagi masyarakat Kabupaten Pati, memang masih lekat dengan kata ”arogan”. Bukan karena pose wajahnya yang jarang tersenyum, melainkan karena serangkaian kebijakan kontroversial yang menguji kesabaran publik.

Kebijakan populis yang berbalik jadi bumerang yang dikeluarkan oleh Sudewo, seperti kenaikan PBB P2 hingga 250 persen, membentuk narasi tentang seorang pemimpin yang dinilai arogan dan jauh dari aspirasi rakyatnya.

Diakui atau tidak, di mata banyak warga, Sudewo telah menciptakan jurang antara dirinya dan rakyat. Kebijakan-kebijakannya sering kali dianggap tidak berpihak pada kepentingan umum.

Setelah menaikkan PBB hingga tidak masuk akal tersebut, ditambah dengan kebijakan lima hari sekolah yang dipaksakan. Belum lagi kebijakan mutasi ASN yang dinilai banyak melanggar aturan perundang-undangan.

Kebijakan-kebijakan ini tidak hanya menunjukkan kurangnya empati, tetapi juga mengindikasikan gaya kepemimpinan yang mengabaikan dialog dan aspirasi dari bawah. Sikap seperti inilah yang kemudian menjadi api dan membakar kepercayaan publik. Bahkan rakyat mulai meragukan integritas Sudewo sebagai pemimpin.

Semua masyarakat Indonesia tahu, gelombang protes yang memuncak pada 13 Agustus 2025 lalu, bukan hanya sekedar unjuk rasa, melainkan akumulasi kekecewaan warga kabupaten Pati terhadap serangkaian kebijakan yang dianggap ”menekan” rakyat kecil.

Gelombang protes ini membuat Bupati Pati Sudewo membatalkan kebijakan kenaikan PBB hingga 250 persen. Begitu juga dengan kebijakan sekolah lima hari.

Namun, harapan rakyat kemudian berbeda, yakni melengserkan Sudewo dengan dalih enggan dipimpin oleh bupati arogan. Hingga kemudian DPRD Kabupaten Pati membentuk panitia khusus atau Pansus pemakzulan Sudewo.

Secara politik...

  • 1
  • 2

Komentar

Terpopuler