Rabu, 19 November 2025

Di sisi lain, industri pers di Indonesia juga sedang berada dalam tekanan besar. Model bisnis media tradisional yang bergantung pada iklan semakin tergerus oleh dominasi platform digital global seperti Google dan Facebook.

Pendapatan iklan yang dahulu menjadi sumber utama pendanaan media kini lebih banyak mengalir ke raksasa teknologi. Sementara media lokal berjuang untuk bertahan hidup.

Banyak perusahaan media yang akhirnya memangkas tenaga kerja, mengurangi kualitas jurnalisme, atau bahkan gulung tikar. Hal ini semakin diperparah dengan meningkatnya tekanan politik dan ekonomi yang menghambat kebebasan pers di beberapa daerah.

Persoalan lain yang tak kalah penting adalah penegakan hukum terhadap kehidupan jurnalistik dan kebebasan pers di Indonesia. Masih banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis yang belum mendapatkan keadilan.

Baik berupa intimidasi, serangan fisik, maupun kriminalisasi terhadap wartawan yang mengungkap fakta-fakta kritis. Banyak jurnalis menghadapi ancaman hukum menggunakan pasal-pasal karet dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang sering kali digunakan untuk membungkam kritik.

Ketidakjelasan mekanisme perlindungan terhadap jurnalis juga menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan aparat penegak hukum. Reformasi regulasi yang lebih berpihak pada kebebasan pers dan perlindungan jurnalis sangat diperlukan agar pers dapat menjalankan fungsinya tanpa tekanan atau ancaman.

Adaptasi terhadap teknologi juga dibutuhkan saat ini. Hal ini berarti bahwa jurnalis harus meningkatkan literasi digital mereka. Pemahaman mendalam tentang cara kerja algoritma media sosial, keamanan siber, dan tren konsumsi media.

Ekosistem Media...

Komentar

Terpopuler