Para suporter Persela selaku tuan rumah turun ke lapangan saat laga masih berjalan. Bahkan jala gawang dibakar hingga membuat laga dihentikan di menit 70. Para pemain kedua tim pun harus dievakuasi oleh petugas kepolisian.
Belum diketahui secara pasti penyebab kericuhan tersebut. Namun, diduga kuat kericuhan itu dipicu ketidakpuasan kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah.
Hal itu setelah wasit mengusir penjaga gawang Persela, Bimo Konto yang langsung diganjar kartu merah usai melakukan pelanggaran keras di kotak penalti.
Selain itu, Persela juga kebobolan di menit 38. Padahal pertandingan ini menjadi penentu untuk memperebutkan posisi runner-up untuk melanjutkan asa lolos ke Liga 1 itu untuk kedua tim.
Hal itulah yang diduga menjadi pemicu pecahnya emosi para suporter tuan rumah, Persela. Mereka meluapkan kekesalan dengan turun ke lapangan dan membuat suasana tak kondusif.
Kali ini, kericuhan terjadi lantaran adanya dugaan suporter Persib yakni Bobotoh yang hadir dalam laga tersebut.
DUNIA sepak bola tanah air kembali tercoreng dengan aksi suporter yang berulah. Kali ini, aksi kericuhan tersebut terjadi saat laga Persela Lamongan vs Persijap Jepara yang digelar di Stadion Bumi Wali Tuban Sport Center, Selasa (18/2/2025) sore tadi.
Para suporter Persela selaku tuan rumah turun ke lapangan saat laga masih berjalan. Bahkan jala gawang dibakar hingga membuat laga dihentikan di menit 70. Para pemain kedua tim pun harus dievakuasi oleh petugas kepolisian.
Belum diketahui secara pasti penyebab kericuhan tersebut. Namun, diduga kuat kericuhan itu dipicu ketidakpuasan kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah.
Hal itu setelah wasit mengusir penjaga gawang Persela, Bimo Konto yang langsung diganjar kartu merah usai melakukan pelanggaran keras di kotak penalti.
Selain itu, Persela juga kebobolan di menit 38. Padahal pertandingan ini menjadi penentu untuk memperebutkan posisi runner-up untuk melanjutkan asa lolos ke Liga 1 itu untuk kedua tim.
Hal itulah yang diduga menjadi pemicu pecahnya emosi para suporter tuan rumah, Persela. Mereka meluapkan kekesalan dengan turun ke lapangan dan membuat suasana tak kondusif.
Dua hari lalu, tepatnya Minggu (16/2/2025) kericuhan juga terjadi saat laga Persija Jakarta vs Persib Bandung di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Kali ini, kericuhan terjadi lantaran adanya dugaan suporter Persib yakni Bobotoh yang hadir dalam laga tersebut.
Kehadiran itu diidentifikasi suporter Persija, Jackmania saat mereka bersorak merayakan gol tim kesayangan. Akhirnya, usai laga terduga Bobotoh tersebut menjadi korban pengeroyokan.
Tak hanya itu, fasilitas stadion Patriot juga rusak berat. Bahkan berdasarkan catatan kepolisian tiga pagar pemisah antartribun roboh, 50 kursi penonton rusak, hingga 37 orang terluka.
Belakangan, polisi mengklarivikasi dari 37 orang tersebut, 15 orang di antaranya merupakan korban salah sasaran. Ke-15 orang tersebut ternyata pendukung persija. Sedangkan 22 orang lainnya diduga bobotoh yang nekat datang.
Sementara itu, berdasarkan catatan redaksi Murianews.com, selama bulan Februari ini (sampai tanggal 18/2/2025) ternyata sudah ada empat kali kericuhan di dunia sepak bola.
Pertama adalah kericuhan suporter Persipur Purwodadi vs Persebi Boyolali Rabu (5/2/2025), kemudian Persekabpas Pasuruan vs PNM Nusantara (Liga 3), Kamis (13/2/2025), Persija vs Persib (Liga 1) pada Minggu (16/2/2025) dan Persela vs Persijap hari ini.
Dari semua kericuhan itu, selalu ada kerusakan stadion yang jumlahnya tidak sedikit. Selain itu, yang paling penting selalu ada sanksi dari PSSI atas kericuhan tersebut.
Namun, hal itu ternyata tak membuat jera. Kasus kericuhan demi kericuhan yang terjadi sejak dulu tak pernah menjadi pelajaran yang mutlak.
Alasan yang paling klasik adalah fanatisme terhadap tim yang berlebihan. Selain itu fanatisme ini belum diiringi dengan kedewasaan. Arti kedewasaan ini tertuju pada pola pikir.
Sebagai suporter, rasa fanatisme ini seharusnya ditata sejak dini. Penataannya tidak hanya ingin tim kesayangan harus selalu menang.
Akan tetapi melihat bagaimana proses dan memberikan masukan saat tim yang kita gandrungi mengalami kekalahan saat laga.
Fanatisme ini lah yang dibutuhkan. Masukan yang membangun, bukan cacian yang hanya sekedar menuntut supaya tim bisa bermain bagus.
Para koordinator suporter juga sudah saatnya untuk memberikan edukasi lebih mendalam. Khususnya dalam hal menjaga emosi saat tim yang dibela menelan kekalahan.
Dari pemahaman inilah diharapkan bisa membawa sepak bola tanah air bisa lebih dewasa. Apalagi, di beberapa Liga Tanah Air, suporter tamu tidak diperbolehkan datang.
Keputusan tersebut juga tak lepas dari banyaknya kericuhan yang terjadi saat ataupun usai laga berakhir. Nah, karena itu, sudah saatnya semua suporter menata, menahan, dan memperbaiki diri.
Sudah saatnya sepak bola tanah air naik kelas. Jangan dinodai dengan kericuhan yang setiap pekan selalu terjadi. Salam olahraga!