Selasa, 18 November 2025

Dalam suatu ruang rapat, mendadak muncul suara dan bau busuk yang langsung memenuhi ruangan. Suasana rapat yang semula serius pun menjadi gaduh gegara kentut seseorang.

Para peserta mulai berbisik mencari tahu siapa pelaku yang melepaskan kentut di tengah rapat yang serius itu. Aksi saling tuduh menuduh pun tak terelakkan.

Kegaduhan itu sama seperti yang tengah terjadi di sejumlah wilayah Nusantara  belakangan ini. Bahkan, gegara ”kentut”, aksi demo yang dilakukan berujung ricuh.

Gedung-gedung kantor DPRD dibakar, rumah-rumah pejabat dijarah, dan fasilitas publik pun dirusak. Kegaduhan itu pun terus menjalar hingga ke beberapa daerah.

Mirisnya, rentetan kegaduhan itu telah menimbulkan korban jiwa. Tercatat, sepuluh orang meninggal dalam kegaduhan sejak 28 Agustus 2025 hingga awal September 2025.

Ironisnya, ada seorang tukang becak di Solo turut menjadi korban lantaran berada di lokasi kerusuhan. Ia meninggal diduga karena sesak napas akibat paparan gas air mata.

Aksi besar-besaran itu sendiri berawal dari suara ”kentut” putusan kenaikan tunjangan bagi anggota DPR RI. Kenaikan tunjangan itu bahkan direspons sejumlah anggota legislatif dengan berjoget.

Sontak saja, masyarakat, mahasiswa, dan kawan-kawan intelektual mengkritisinya. Mereka mendesak agar DPR RI yang diduga jadi sumber ”kentut” itu dibubarkan saja.

Sayang, desakan itu justru direspons dengan kata-kata kasar anggota legislatif dari Partai NasDem Ahmad Sahroni. Umpatan itu pun kian makin memanaskan kegaduhan.

Di sisi lain, publik sendiri sudah jengah dengan sejumlah kebijakan yang mencekik rakyat. Seperti kenaikan pajak di beberapa sektor hingga perampasan aset tanah yang menganggur dua tahun.

Lempar Tuduhan... 

Komentar

Terpopuler