Namun, di era yang serba canggih dan terhubung ini, memiliki akses ke informasi saja tidak cukup. Keterampilan yang jauh lebih krusial adalah literasi digital.
Literasi digital ini adalah kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara cerdas dan etis.
Karena itu, literasi digital tentu bukan sekedar tahu cara memakai internet atau media sosial. Lebih dari itu, ia adalah fondasi untuk bertahan dan berkembang di dunia modern.
Tanpanya, kita rentan tersesat di tengah arus informasi yang menyesatkan, mulai dari berita palsu (hoaks), penipuan daring, hingga ujaran kebencian.
Disadari atau tidak, salah satu tantangan terbesar di era digital adalah maraknya hoaks dan disinformasi.
Berita hoaks ini biasanya menyebar lebih cepat. Selain itu seringkali didesain untuk memanipulasi emosi dan memecah belah masyarakat.
Di sinilah literasi digital berperan penting. Dengan literasi digital, kita tidak akan mudah menelan informasi mentah-mentah.
Kita akan terbiasa memeriksa sumbernya, membandingkan fakta dari berbagai media terpercaya, dan mengenali ciri-ciri konten yang mencurigakan.
SAAT ini, informasi tak pernah surut dari genggaman kita. Setiap hari, miliaran data, berita, dan opini mengalir deras melalui smartphone.
Namun, di era yang serba canggih dan terhubung ini, memiliki akses ke informasi saja tidak cukup. Keterampilan yang jauh lebih krusial adalah literasi digital.
Literasi digital ini adalah kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara cerdas dan etis.
Karena itu, literasi digital tentu bukan sekedar tahu cara memakai internet atau media sosial. Lebih dari itu, ia adalah fondasi untuk bertahan dan berkembang di dunia modern.
Tanpanya, kita rentan tersesat di tengah arus informasi yang menyesatkan, mulai dari berita palsu (hoaks), penipuan daring, hingga ujaran kebencian.
Disadari atau tidak, salah satu tantangan terbesar di era digital adalah maraknya hoaks dan disinformasi.
Berita hoaks ini biasanya menyebar lebih cepat. Selain itu seringkali didesain untuk memanipulasi emosi dan memecah belah masyarakat.
Di sinilah literasi digital berperan penting. Dengan literasi digital, kita tidak akan mudah menelan informasi mentah-mentah.
Kita akan terbiasa memeriksa sumbernya, membandingkan fakta dari berbagai media terpercaya, dan mengenali ciri-ciri konten yang mencurigakan.
Pelindung diri...
Contohnya saat kita membaca berita. Budaya membaca judul tanpa melihat isi berita juga menjadi boomerang.
Apalagi, diakui atau tidak banyak oknum yang sengaja melakukan screen shoot atau tangkap layar yang bisa membuat berita dari sebuah media terkesan sebagai berita hoaks.
Dari sinilah, literasi digital dibutuhkan. Istilahnya adalah kritis informasi dengan mencari sumber asli dan membacanya dengan seksama.
Selain kritis terhadap informasi, literasi digital juga mencakup kemampuan untuk melindungi diri secara daring.
Kita perlu memahami cara menjaga privasi data pribadi, mengenali modus penipuan (phishing), dan menggunakan kata sandi yang kuat. Kesadaran ini sangat penting untuk menghindari risiko kejahatan siber yang terus meningkat.
Lebih dari itu, literasi digital juga berkaitan dengan etika berinteraksi di ruang siber. Kita harus memahami bahwa jejak digital kita abadi.
Apa yang kita unggah atau tulis di internet mencerminkan diri kita dan bisa berdampak besar pada orang lain.
Literasi digital mendorong kita untuk berkomunikasi secara positif, menghormati perbedaan, dan tidak terlibat dalam perundungan daring (cyberbullying) yang merusak mental banyak orang.
Literasi Digital...
Literasi digital kini menjadi keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, bukan lagi sekadar pilihan. Di dunia kerja, kemampuan mengelola data, berkolaborasi daring, dan menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah adalah hal yang sangat dicari.
Bagi pelajar, literasi digital membuka akses tak terbatas ke sumber belajar dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan abad ke-21.
Maka, sudah saatnya kita melihat literasi digital bukan hanya sebagai beban, melainkan sebagai investasi. Baik pemerintah, institusi pendidikan, maupun keluarga harus bekerja sama untuk memperkuat literasi digital di seluruh lapisan masyarakat.
Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa era digital membawa manfaat maksimal bagi kemajuan bangsa, bukan justru menjebak kita dalam kegelapan informasi. (*)