Rabu, 19 November 2025

MUDIK. Kata itu memang sudah sering kita dengar setiap tahun. Utamanya bagi umat muslim yang hendak merayakan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran bersama orang tercinta di kampung halaman.

Maklum saja, bagi sebagian orang, mudik ini adalah momen untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Terlebih bagi mereka yang terpaksa mengadu nasib atau mengais rezeqi di kota ataupun negara orang.

Setelah menjalani aktivitas selama setahun lamanya, keinginan berkumpul bersama orang tercinta selalu menjadi prioritas. Tak ayal banyak yang rela panas-panasan menggunakan sepeda motor ataupun mobil hingga pesawat demi bisa berkumpul kembali.

Padahal, waktunya juga tak lama. Sesuai dengan SKB 3 Menteri (Menteri PANRB, Menteri Agama dan Menaker) Nomor 855 Tahun 2023, Nomor 3 Tahun 2023, dan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, libur Lebaran 2024 ini mencakup libur nasional dan cuti bersama. Total hanya satu pekan, mulai tanggal 8 – 15 April 2024.

Lantas kenapa banyak orang yang rela panas-panasan dan macet untuk mudik?

Jawabannya singkat. Semua demi keluarga.

Bagi orang-orang yang tak pernah jauh dari keluarga, kata mudik mungkin sangat biasa. Tapi bagi orang perantauan berbeda. Ini lantaran mereka tak pernah tahu bagaimana menahan rindu dengan keluarga, utamanya anak, istri, dan orang tua.

Bagi orang perantauan, waktu satu tahun sangat terasa lama. Mereka harus memendam dalam-dalam rasa rindu demi memberikan hidup layak kepada keluarga. Saat hendak tidur, mereka hanya bisa melepas rasa rindu dengan menelepon.

Dulu, telepon belum secanggih sekarang. Kala itu, orang perantauan hanya bisa mendengar suara. Saat ini telepon berkembang sangat pesar. Selain suara, mereka juga bisa melakukan video call.

Tapi, bayangkanlah, rasa rindu mereka menumpuk dan hanya bisa melepas kerinduan dengan suara dan video. Para perantau ini tak bisa merasakan kebersamaan secara utuh. Saat menelepon, banyak orang perantauan yang berusaha gembira di depan  keluarga. Padahal, hati mereka sangat sedih lantaran tak bisa selalu ada saat susah dan duka.

Dari sinilah, mudik menjadi semangat tersendiri. Bagi perantau yang bekerja dengan upah pas-pasan, mudik tidak hanya tradisi. Tapi, selalu menjadi pilihan untuk bisa kembali bersama keluarga.

Setiap tahunnya, pemudik yang pulang ke kampung halaman selalu bertambah. Artinya, kaum urban setiap tahunnya juga bertambah. Di Jawa Tengah sendiri, Pemprov Jateng memperkirakan ada sekitar 18,23 juta pemudik yang melintas di Jateng.

Dari angka tersebut, diketahui jika banyak orang yang memilih merantau ke luar daerah untuk mengadu nasib. Baik karena bekerja di perusahaan atau pilihan sendiri.

Melihat fenomena ini, pemerintah daerah sebenarnya tidak berpangku tangan. Banyak pemda yang berlomba-lomba untuk menciptakan lapangan pekerjaan di daerah. Beragam inovasi pun sudah dilakukan.

Hanya saja, tingginya angka penghasilan bruto yang ditawarkan Ibu Kota ataupun kota metropolis menjadi pilihan tersendiri. Khususnya untuk memperbaiki kebutuhan hidup keluarga supaya lebih berkembang.

Pemikiran tersebut tak bisa disalahkan. Yang menjadi pekerjaan rumah (PR) sekarang adalah bagaimana menjembatani para perantau supaya bisa pulang dengan selamat.

Langkah pemerintah yang memberikan mudik gratis diyakini sudah tepat. Namun memang belum seratus persen bisa mengakomodasi pemudik. Alasannya pun jelas. Semakin banyak mudik gratis, tentu biaya semakin banyak.

Namun, selain program mudik gratis sebenarnya keamanan berkendara lah yang sangat dibutuhkan. Karena itu, sudah saatnya pemerintah mulai membuat skema besar jalur yang digunakan untuk para pemudik.

Berdasar hasil Survei Potensi Pergerakan Angkutan Lebaran Tahun 2024 yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan minat mudik Lebaran 2024, masyarakat memilih moda KA antarkota 39,32 juta orang (20.30 persen), bus 37,61 juta orang (19,37 persen), mobil pribadi 35,42 juta orang (18,29 persen) dan sepeda motor 31,12 juta orang (16,07 persen).

Berkebalikan dengan tahun-tahun sebelumnya, pilihan kendaraan pribadi menjadi favorit. Pada Lebaran 2023, moda transportasi yang diminati tertinggi adalah mobil pribadi 27,32 juta (22,1 persen). Berikutnya sepeda motor 23,13 juta orang (20,3 persen) dan bus 22,77 juta orang (18,4 persen) dan KA antarkota 14,47 juta orang (11,69 persen).

Memilih mobil pribadi dan sepeda motor meningkat, namun peningkatan itu masih lebih tinggi memilih moda KA antarkota dan bus. Untuk pertama kali musim lebaran 2024 beroperasi kereta cepat Whoosh dan diminati 1,42 juta orang (0,73 persen).

Tantangan bagi pemerintah untuk menyediakan transportasi umum antarkota. Juga transportasi umum di daerah segera dibenahi.

Kebijakan rekayasa lalu lintas searah (one way) di jalan tol harus dipikir masak-masak, supaya bus yang akan kembali ke Jakarta tidak terhambat dan penumpang tidak menunggu lama di terminal penumpang. Selain itu, perbaikan jalan harus sudah kelar maksimal satu bulan sebelum mudik digelar.

Semua ini bukan untuk pribadi. Semua ini bagi para pemudik yang merupakan pahlawan keluarga untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarga. (*)

Komentar