Jumat, 21 November 2025

Bila pengawasan anak menjadi alasan penerapan enam hari sekolah, pemerintah mestinya mengevaluasi sistem jam kerja, baik bagi ASN maupun pekerja.

Ketika ASN masih menerapkan lima hari kerja, sama saja anak akan kehilangan pengawasan, karena sepulang sekolah mereka tak menemui orang tuanya di rumah. Begitu pun pada sistem kerja di buruh, dengan waktu kerja delapan jam.

Terlepas dari itu, kebijakan semacam ini menandakan eksekutif lebih mengedepankan urusan kepentingan kelompok, dan bukan lagi didasarkan pada kepentingan hajat orang banyak.

Nuansa politis pun semakin kentara karena menguntungkan sebagian kelompok. Dan kalau berpatokan pada kultur, itu juga tidak serta merta bisa menjadi tolok ukur. Karena di Jawa Timur atau pun Jawa Barat kultur masyarakat juga gak jauh beda.

Belum lagi persoalan mengembalikan sekolah menjadi enam hari, menunjukkan inkonsistensinya kebijakan pendidikan. Di mana setiap ganti pemimpin, maka berganti juga kebijakan pendidikan. Sementara yang jadi objeknya para siswa dan guru yang notabene dipaksa seperti kerbau yang dicokok hidungnya.

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler