PETA politik di Pemilu 2024 akhirnya gamblang, Minggu (22/10/2023) malam. Tepat tiga hari sebelum pendaftaran capres dan cawapres ditutup, Prabowo Subianto akhirnya mengumumkan jodohnya di Pilpres.
Pilihan itu jatuh pada Gibran Rakabuming Raka. Wali Kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo yang masih berusia 36 tahun. Ya Joko Widodo yang lima tahun lalu menjadi lawannya di kontestasi tertingi di Indonesia.
Keputusan tersebut sebenarnya sudah diduga-duga banyak orang. Hanya waktunya (pengumuman) saja yang tidak diketahui.
Hal ini tak lepas dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menerima gugatan tekait syarat pencalonan capres-cawapres. Di mana, seseorang yang berpengalaman menjadi kepala daerah lewat proses pemilu meski belum berusia 40 tahun yang menjadi batas minimal pencalonan, 16 Oktober lalu.
Keputusan yang menuai pro dan kontra dan menggiring opini publik.
Bagi yang kontra, sebagian menilai keputusan MK itu disebut sebagai hadiah Ketua MK Anwar Usaman yang masih memiliki hubungan kerabat sebagai paman usai menikah dengan Idayana untuk meloloskan Gibran menjadi cawapres.
Terlebih lagi, nama Gibran sangat santer untuk disandingkan dengan Prabowo. Hanya saja, Gibran tak pernah mengiyakan dan tak pernah menolak saat ditanya awak media. Jawabannya abu-abu, dan selalu menegaskan ”saya masih di Solo”. Dari sinilah sebutan politik dinasti makin kuat.
Sementara jika melihat esensi pengabulan tersebut, langkah MK memang membawa angin segar bagi anak muda. Khususnya, untuk ambil andil untuk mengubah masa depan bangsa.
Diakui atau tidak, banyak negara berkembang yang tak lepas dari peran anak muda. Contohnya di Georgia. Irakli Garibashvili berhasil menjabat sebagai Perdana Menteri Georgia di usia 31 tahun. Di tangannya Georgia pun berhasil berkembang.
Selain itu ada juga Jigme Khesar Namgyel Wangchuck yang menjadi Raja Bhutan saat usai 26 tahun, hingga Sanna Marin yang menjadi Perdana Menteri Finlandia di usia 34 tahun.
Nah, dari sinilah keputusan Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendapuk Gibran sebagai cawapres Prabowo bisa dibilang berani dan membuat Pilpres nanti lebih dari menarik.
Pasalnya, mereka berani gambling dan mempercayakan anak muda ’bau kencur’ berebut kursi RI yang saat ini dihuni Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
Secara figur, tiga calon capres cawapres; Ganjar Pranowo-Mahfud MFD, Anie Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki kans yang sama. Apalagi ketiga pasangan tersebut merupakan putra terbaik bangsa.
Hanya saja, melihat keberanian KIM Prabowo-Gibran bisa jadi pisau super tajam, namun juga bisa menjadi bumerang. Pisau tajamnya, keduanya memiliki basis masa usia masing-masing.
Prabowo yang empat kali nyalon presiden sudah pasti memiliki loyalis yang tak diragukan lagi. Terlebih lagi untuk mendulang suara.
Selain itu, KIM yang anggotanya, ada PAN, Golkar, PBB, Gerindra, Gelora, Garuda Republik, hingga Partai Prima merupakan partai solid dan memiliki massa yang bisa diandalkan.
Dengan skema Gibran sebagai cawapres, Prabowo-Gibran ini tentu diharap bisa meraih suara dari kalangan anak muda dan berhasil meraup suara banyak. Namun jika meleset, hancur! Karena Ganjar-Mahfud dan Anis-Cak Imins ama kuatnya.
Nah, jika pandangan itu ada dibenak Anda, hal itu tak sepenuhnya salah. Namun belum tentu benar. Ini mengingat ada anggapan proyeksi suara di daerah.
Pasangan Ganjar-Mahfud MD memiliki kekuatan besar di Jateng dan Jatim tanpa mengesampingkan daerah lain. Begitu juga Anis-Cak Imin. Pasangan ini juga kekuatannya ada di tanah Jawa, dan provinsi lain. Secara matematis tentu semuanya punya proyeksi untuk menguasai Jawa.
Dari sinilah, Prabowo-Gibran juga memiliki andil. Berbicara basis masa di Jawa Tengah, Gibran tentu sudah banyak simpatisan khususnya Jawa Tengah. Ini tak lepas dari statusnya sebagai putra presiden dan juga Wali Kota Solo.
Simpatisan ini lah yang sama-sama direbutkan ketiga paslon. Beberapa pengamat, bahkan Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyebutkan, perang suara paling dominan di Pulau Jawa. Setelah itu baru di luar Jawa, mulai dari Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua.
Dari proyeksi inilah potensi suara bisa diukur. Karena itu, arus bawah dalam hal ini masyarakat jangan yang terbawa suasana politik hingga menimbulkan chaos. Memilihlah dengan aman dan pintar. Ingat, tak ada musuh dalam politik. Inilah pesta demokrasi!



