Seperti hanya banjir bandang di Desa Ngetuk, Kabupaten Pati yang terjadi pada Minggu (12/1/2025) lalu. Meskipun berada di areal persawahan, tetapi banjir tersebut berpotensi menggenangi permukiman warga.
Kemudian banjir juga sempat menggenangi rumah warga di Desa Tanjung Karang, Kabupaten Kudus pada Rabu (8/1/2025) lalu. Ada puluhan rumah yang terdampak hingga aktivitas warga terganggu.
Tidak hanya itu, di Kabupaten Jepara pada Kamis (9/1/2025) juga terjadi bencana angin puting beliung. Setidaknya ada empat rumah rusak dan dua toko yang juga mengalami kerusakan.
Sebagaimana yang diketahui, saat ini teknologi prakiraan cuaca telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Akurasi prediksi cuaca kini mencapai tingkat presisi yang luar biasa, bahkan memungkinkan proyeksi hingga hitungan jam.
Dengan dukungan pemodelan berbasis dampak, informasi yang disampaikan tidak hanya mencakup kondisi cuaca, tetapi juga potensi dampak yang mungkin terjadi.
Namun, meski teknologi telah tersedia, tantangan besar masih ada dalam penerapan mitigasi bencana hidrometeorologi. Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dini.
MEMASUKI musim hujan, memang sudah sepatutnya bagi masyarakat yang ada di kawasan Muria Raya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi. Terlebih, dalam beberapa hari ini, bencana seperti banjir bandang sudah menyambangi beberapa wilayah di Muria Raya.
Seperti hanya banjir bandang di Desa Ngetuk, Kabupaten Pati yang terjadi pada Minggu (12/1/2025) lalu. Meskipun berada di areal persawahan, tetapi banjir tersebut berpotensi menggenangi permukiman warga.
Kemudian banjir juga sempat menggenangi rumah warga di Desa Tanjung Karang, Kabupaten Kudus pada Rabu (8/1/2025) lalu. Ada puluhan rumah yang terdampak hingga aktivitas warga terganggu.
Tidak hanya itu, di Kabupaten Jepara pada Kamis (9/1/2025) juga terjadi bencana angin puting beliung. Setidaknya ada empat rumah rusak dan dua toko yang juga mengalami kerusakan.
Berbagai bencana hidrometeorologi pada awal musim hujan di Muria raya ini, patut menjadi perhatian bersama. Mengingat, risiko yang ditimbulkan akan semakin besar apabila tidak ada mitigasi sebelumnya.
Sebagaimana yang diketahui, saat ini teknologi prakiraan cuaca telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Akurasi prediksi cuaca kini mencapai tingkat presisi yang luar biasa, bahkan memungkinkan proyeksi hingga hitungan jam.
Dengan dukungan pemodelan berbasis dampak, informasi yang disampaikan tidak hanya mencakup kondisi cuaca, tetapi juga potensi dampak yang mungkin terjadi.
Namun, meski teknologi telah tersedia, tantangan besar masih ada dalam penerapan mitigasi bencana hidrometeorologi. Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dini.
Langkah Preventif...
Informasi tersebut semestinya menjadi landasan bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah preventif.
Selain itu, upaya mitigasi bencana memerlukan keterlibatan masyarakat. Kesadaran dan partisipasi aktif warga dalam menjaga lingkungan dapat mengurangi risiko bencana.
Pendidikan tentang mitigasi bencana harus ditingkatkan, sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga ekosistem dan mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem.
Salah satu hal yang mendesak adalah perumusan strategi penanganan pascabencana. Pemulihan pascabencana harus dirancang secara sistematis agar masyarakat tidak terus-menerus menjadi korban setiap kali hujan deras melanda.
Sebagai masyarakat yang sering menghadapi bencana hidrometeorologi di wilayah Muria Raya, kita tidak bisa terus menerus gagap dalam mengantisipasi dampaknya.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus memanfaatkan teknologi prakiraan cuaca secara maksimal dan mengintegrasikannya dengan strategi mitigasi yang efektif.
Dengan demikian, penderitaan akibat bencana hidrometeorologi dapat diminimalkan, dan masyarakat dapat merasa lebih aman meskipun berada di bawah ancaman cuaca ekstrem.***