PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah sangat mewarnai berbagai lini kehidupan masyarakat di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah layanan komunikasi digital. Berbagai macam pengembang aplikasi media komunikasi digital dengan mudah bisa didapatkan dan digunakan dengan gratis, mulai dari BBM, WhatsApp, Line, Telegram.
Setelah media BBM yang sempat booming beberapa saat, kini masyarakat lebih beralih ke media komunikasi WhatsApp karena dipandang lebih cepat dan layanan fitur yang lebih lengkap. Dari sekian banyak layanan fitur yang ada, fitur grup menawarkan sebuah layanan untuk bisa berkomunikasi secara massal atau kelompok.
Komunikasi dalam grup seakan menjadi kebutuhan setiap orang. Mereka bisa berinteraksi dengan banyak orang yang sudah dimasukkan sebagai anggota dalam grup tersebut. Hanya banyak yang belum atau bahkan tidak menyadari bahwa komunikasi massal dalam media komunikasi digital berbeda dengan komunikasi secara langsung.
Fenomena anggota kelompok yang memutuskan keluar dari grup menjadi indikasi belum atau tidak siapnya seseorang menjadi bagian dalam komunikasi di grup tersebut. Meskipun secara teknis banyak kemungkinan – kemungkinan yang menjadi penyebabnya.
Tidak jarang juga, terjadi berbagai perdebatan kecil yang mewarnai komunikasi dalam kelompok grup tertentu yang berujung pada keputusan keluar dari grup tersebut. Tulisan ini mencoba memotret berbagai fenomena dalam komunikasi digital
Komunikasi Nonverbal
Berbeda dengan layanan SMS yang sekadar memfasilitasi pengiriman pesan melalui teks, WhatsApp memanjakan penggunanya untuk bisa menyampaikan pesan atau informasi sekaligus menyampaikan keadaan pesan tersebut melalui berbagai pilihan emoticon seperti tertawa, sedih, serius atau marah.
Keberadaan emoticon dalam komunikasi digital menjadi penting karena dalam komunikasi digital orang tidak bisa langsung mengerti kondisi dan keadaan penyampai pesan, sehingga memungkinkan para penerima pesan salah dalam memahami konteks yang sebenarnya.
Hanya, kondisi ini belum sepenuhnya dilakukan oleh setiap orang yang menjadi bagian dalam komunikasi tersebut. Bisa jadi karena dalam proses penyampaiannya terburu-buru atau memang ketidaktauan penyampai pesan.
Maksim kemufakatan
Berkomunikasi secara massal dalam media digital, diperlukan sebuah kemufakatan terkait dengan apa yang ingin dibagikan atau disampaikan. Berbagai permasalahan yang muncul misalnya ada sebagian penerima yang kemudian merasa tidak nyaman ketika seseorang membagikan sebuah pesan yang sekadar iseng atau hanya copy paste dari sebuah sumber, kemudian timbullah sebuah perdebatan di dalamnya.