Jumat, 21 November 2025

DAHULU politik, kekuasaan, kebijakan bisa jadi topik yang jauh dari bahasan anak muda. Namun, kini utamanya menjelang pemilu 2024, berbicara politik justru tak bisa lepas dari aspek anak muda.

Demokrasi, kebebasan berpendapat serta penggunaan kewenangan negara kini sudah menjadi concern yang diamati oleh kalangan muda utamanya warganet. Media sosial menjadi alat utama bagi generasi milenial dan gen z untuk mengakses berita politik serta beragam informasi lainnya.

Metamorfosa anak muda pada peta politik semakin kentara ketika melihat rilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menyatakan pemilih muda akan mendominasi hampir 55% pada pemilu 2024 mendatang. Generasi milenial dan gen z lah yang akan menentukan jalan politik dan kepemimpinan di negeri ini.

Lalu, sebenarnya seberapa tau mereka tentang politik?

Berdasarkan survei online yang kami lakukan pada Bulan Desember 2023 yang mana melibatkan puluhan anak muda milenial dan gen z dari beragam latar belakang di berbagai kota di Indonesia mengatakan 42,2 % mengaku sering menyimak politik.

Bagi mereka, pengertian politik diartikan sebuah sistem atau cara mengatur keputusan, pembuatan kebijakan dalam tatanan pemerintahan yang didasarkan pada kesepakatan dalam mencapai kepentingan rakyat banyak.

Seperti dikatakan sebelumnya membahas politik dan anak muda di era teknologi tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial. Sebagai pengguna yang paling mendominasi di antara generasi lainnya, kalangan milenial dan gen z lebih banyak mengakses berita politik melalui platform  instagram dengan persentase 71,1 % yang selanjutnya disusul oleh media youtube dan TikTok.

Melalui media sosial tersebut, anak muda setiap harinya bisa terus menyimak dinamika perpolitikan Indonesia utamanya menuju 2024. Pemilihan pemimpin, pemilihan presiden sama dengan pilihan bagaimana cara mereka menaruh harapan akan masa depan.

Berdasarkan survei yang kami lakukan per akhir  Desember 2023 pasca debat kedua capres cawapres didapat hasil bahwa 60 % kalangan muda masih meragukan pilihan presiden mereka, sementara 31,1 % lainnya sudah yakin dengan pilihannya. 51,1 %  generasi milenial dan gen z pada survei ini memprediksi pemilu 2024 akan berlangsung dua putaran.

Survei ini juga mencoba menggali beberapa kesan positif kalangan milenial dan gen z pada masing-masing calon presiden. Hal ini dimaksudkan agar meski berbeda pilihan dan pandangan, kita tetap bisa mengambil hal-hal positif yang dimiliki setiap tokoh.

Anies Baswedan digambarkan sebagai figur intelektual dan berwawasan. Dua kata ini yang mendominasi opini anak muda terhadap capres nomor urut 1 itu. Kesan itu cukup memberikan pelakaran bagi anak muda bahwasanya masa muda sebagai masa-masa mencari pengalaman diharapkan terus aktif dalam menggali wawasan dan ilmu pengetahun sebagai bekal dalam menentukan sikap dan langkah kebermanfaatan yang akan dan terus dilakukan bagi sekitar.

Sementara itu. Prabowo Subianto dideskripsikan sebagai sosok yang tegas dan pantang menyerah. Dua kesan ini bisa jadi pembelajaran anak muda kaitannya dalam mencari dan mengerjakan kesempatan yang seringkali berpapasan dengan yang namanya rintangan.

Ketidakputusasaan menjadi kunci untuk terus mencoba hal-hal baru yang bermanfaat. Selain itu, sebagai bagian dari NKRI, maka anak muda selayaknya punya semangat untuk terus berkontribusi bagi negeri ini baik melalui sektor pendidikan, lingkungan, politik, militer maupun dari aspek lainnya.

Bisa saja melalui ruang komunitas maupun melalui dunia profesional. Bukan terbatas di pemerintahan tetapi bisa juga dilakukan di luar pemerintahan.

Sementara itu, calon presiden nomor urut 3 digambarkan sebagai tokoh yang merakyat. Diksi merakyat paling sering disebut oleh kalangan muda terhadap Ganjar Pranowo. Hal ini bisa jadi poin penting yang bisa diambil oleh anak muda bahwasanya kepemimpinan yang didasarkan pada kepentingan publik harus menjadi prioritas.

Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat bukan sebatas kalimat yang hanya bisa dibaca, tetapi sebuah prinsip negara demokrasi yang senyatanya harus dikerjakan oleh berbagai pemangku kepentingan baik tingkat daerah maupun pusat.

Indonesia sebagai negara demokrasi selayaknya senantiasa mampu melindungi warganya dengan kebijakan yang menyejahterakan rakyat kebanyakan, menghargai kebebasan berpendapat serta menghormati perbedaan dalam bingkai kesatuan.

*) Penulis merupakan freelancer dari Kudus.

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler