Rabu, 12 Februari 2025

PEMERINTAH Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menerima Piala Emas Anugerah Kebudayaan Indonesia Kategori Pemerintah Daerah tingkat kabupaten, Rabu (18/12/2024) lalu.

Anugerah itu disebut Hasan Chabibie yang saat itu menjabat Pj Bupati Kudus menyebut itu sebagai bukti keseriusan Pemkab dalam memelihara, mengelola, dan mengembangkan potensi kebudayaan di Kudus.

Penghargaan ini cukup menyita perhatian. Terutama di kalangan pelaku seni. Ini jika melihat dari dinamika kegiatan berkesenian di kabupaten berjuluk Kota Kretek ini.

Melihat dinamika kesenian dalam beberapa tahun terakhir ini, rasa-rasanya, kurang pas bila Kudus menerima anugerah tersebut. Sebab banyak indikator yang menandakan kesenian di Kudus dari tahun ke tahun hanya jalan di tempat, atau terancam raib.

Indikator ini, di antaranya, makin minimnya pertunjukan seni tradisi di daerah ini. Bahkan, ada dua kesenian tradisional (konon) khas Kudus yang semakin tidak jelas juntrungannya. Satu sudah punah (kentrung golek), satunya tinggal menunggu kepunahannya (wayang klitik).

Sebelum menguliti persoalan itu, perlu diketahui ada beragam seni di dunia, bahkan pegiatnya banyak juga di Kudus. Tidak dipungkiri seni teater bisa dikatakan cukup eksis, kendati tak sedikit komunitasnya masih remang-remang.

Di sisi lain, fasilitas gedung kesenian di Kudus yang sudah cukup lama tak memiliki gedung yang benar-benar murni untuk apresiasi seni dan budaya. Sehingga dalam pementasannya memanfaatkan gedung gedung yang notabene peruntukannya tidak untuk kesenian.

The New Indian Express menyebut seni teater sebagai induk dari semua pertunjukan seni. Presiden RI ke-5 Abdurrahman Wahid juga pernah mengatakan teater atau drama sama sekali tidak mengajarkan kepura-puraan, tapi justru mengajak mempelajari perilaku manusia.

Selain Teater...

  • 1
  • 2

Komentar

Gagasan Terkini