Minggu, 26 Januari 2025

Ada apa dengan manusia-manusia negeri ini? Banyak kasus pembunuhan yang begitu mudahnya terjadi. Rentetan peristiwa kekerasan berujung kematian seakan tak terhenti beberapa hari terakhir.

Belum selesai kasus pemuda gorok pujaan hati, bos rental mobil dikeroyok warga usai diteriaki maling, dan pemuda tewas dalam tawuran pemuda di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Terbaru, heboh polwan bakar suami.

Bahkan peristiwa-peristiwa yang berakhir dengan hilangnya nyawa seseorang rutin berseliweran dalam pemberitaan beberapa bulan terakhir.

Apakah sudah hilang rasa kemanusiaan manusia di era saat ini? Karena rasa kemanusiaan menjadi dasar kehidupan seorang manusia.

Empati, simpati, prihatin merupakan bagian dari rasa kemanusiaan. Akal dan pikiran juga bagian dari rasa kemanusian. Bila hilang rasa kemanusian, manusia tak ubahnya seperti binatang. Liar, beringas, dan kejam.

Ada 364 ayat dalam Alquran yang menyebut kata manusia. Bahkan, sebuah surat dalam Alquran memiliki arti manusia, yakni An-Nas yang menjadi surat terakhir dalam Alquran.

Dalam kitab suci umat Islam itu bahkan menjelaskan, perbedaan manusia dengan makhluk lainnya. Di mana, manusia diciptakan memiliki akal.

Itu yang menjadikan manusia memiliki derajat lebih tinggi dari makhluk lainnya. Meski diciptakan dari tanah di awal penciptaannya dan dari air mani pada penciptaan manusia berikutnya, manusia ditunjuk untuk menjadi khalifah.

Dengan akal, seharusnya manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya, mengendalikan api dalam dirinya. Sebagaimana sabda Rasulullah, perang terberat di dunia ini adalah perang melawan hawa nafsu.

Kembali pada kasus-kasus di atas, lemahnya akal bisa jadi menjadi pemicu terjadinya peristiwa-peristiwa berdarah tersebut. Kebodohan, kurangnya pengetahuan tentang hukum, hingga emosi sesaat karena lemahnya akal menjadikan seseorang gelap mata.

Lemahnya akal, bahkan hingga hilangnya akal menjadikan manusia tak lagi memiliki rasa kemanusiaan, tak lagi memiliki simpati, empati, dan berpikiran cekak. Tak peduli lagi impact masa depan, yang penting dialah pemenangnya.

Kemunculan peristiwa itu tentunya tak menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum dan pemerintah saja. Pemangku agama, tokoh adat, masyarakat, dan pendidik, serta tentunya orang tua juga memikul beban yang sama.

Tak hanya soal pemahaman hukum saja, bekal psikologi dan siraman agama harus lebih gencar lagi diberikan. Orang tua juga dituntut lebih peduli dan memperhatikan anak-anaknya.

Luangkan lah waktu bersama anak. Jadilah pendengarnya yang baik, jangan sampai mereka lebih nyaman dengan pergaulannya yang mungkin saja keliru. (*)

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler