Jenazah tak pernah berbohong. Kalimat itu muncul dalam Podcast Deddy Corbuzier, Close The Door saat menghadirkan Kabiddokes Polda Jawa Tengah yang juga seorang dokter forensik, Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti.

Di acara yang diunggah, 10 Mei 2023 itu, dr Hastry mengungkapkan banyak hal terkait autopsi untuk mengungkap sebuah kasus pembunuhan. Dimanipulasi seperti apa pun untuk menutupi atau menyamarkan pembunuhan, selalu terungkap olehnya.

Polwan pertama bergelar dokter forensik di Asia itu telah membantu Reserse Kriminal Polri untuk mengungkap kasus pembunuhan. Di antaranya, kasus pembantaian di Banjarnegara, April 2023 lalu dan kasus pembunuhan wanita yang dibakar di Blora.

Dengan pengalamannya, ia bisa mengetahui mayat yang ditemukan itu korban pembunuhan atau tidak. Ia juga dapat mengetahui proses pembunuhannya seperti apa dan waktu perkiraan pembunuhan terjadi.

Proses identifikasi terhadap korban maupun pelaku seperti yang dilakukan dr Hastry itu mengingatkan kita pada kasus pembunuhan bayi di Pati yang dilakukan ayah bayi itu sendiri, 1 Mei 2023 lalu.

Kasus itu langsung membuat heboh publik di Muria Raya. Pasalnya, pelaku sempat melaporkan, jika bayinya itu hilang secara misterius.

Bahkan, pelaku melaporkan peristiwa hilangnya si bayi tersebut pada polisi. Ia pun ikut melakukan beragam ritual bersama warga agar bayinya itu ketemu.
Tak lama, memang bayinya ditemukan. Namun, dalam kondisi yang memprihatinkan. Bayi malang itu ditemukan tak bernyawa di sebuah sungai.Lewat identifikasi yang dilakukan kepolisian, akhirnya diketahui. Ternyata si ayah adalah pelaku pembunuhan bayi itu. Dalam proses identifikasi, diketahui jika bayi tersebut sudah tak bernyawa sebelum jasadnya dibuang ke sungai.Bayi tersebut ternyata dibekap dengan bantal hingga hilang nyawanya. Kemudian, oleh pelaku, bayi tersebut dibungkus plastik dan dibuang ke sungai.Seperti di Podcast Deddy Corbuzier dengan tamu dr Hastry, itu membuktikan jika tak ada pembunuhan yang sempurna. Untuk kasus-kasus yang belum terungkap, tinggal menunggu waktunya.Dan kembali lagi, identifikasi yang dilakukan tim forensik hanyalah sebuah media untuk membantu proses pengungkapan sebuah kasus. Penuntasan kasus tetaplah di tangan kepolisian.Maka masyarakat tak perlu takut bila kepolisian meminta proses identifikasi atau autopsi saat jadi korban kejahatan. Tujuan autopsi atau identifikasi itu, agar ’tubuh’ bisa bicara apa yang sebenarnya terjadi.Teringat pada sebuah lirik lagu ’Ketika Tangan dan Kaki Berkata’ yang dituliskan penyair Taufiq Ismail dan disenandungkan almarhum Chrisye. Di lagu itu, menggambarkan hari di mana kita dibangkitkan dari kubur dan tubuh kita bersaksi atas apa yang kita lakukan di dunia. (*)