Akhir Ramadan tinggal menghitung hari lagi. Sepekan ke depan, umat Islam di dunia dan di Indonesia, khususnya merayakan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.
Saat-saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar masyarakat menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut hari besar itu. ’’Tradisi’’ menyambut lebaran, jadi tak lepas dengan baju baru, sendal baru, hingga motor baru, bahkan rumah baru. Semua serba baru.
Tak hanya itu, saling berbagi juga jadi tradisi menyambut lebaran. Berbagi parsel atau bingkisan lebaran dan uang ’’THR’’.
Maka tak heran, saat Ramadan tiba, masyarakat menyambutnya dengan suka cita. Terlepas dari kesakralan dan kekhusyukan dalam hal peribadatan untuk meraih ketaqwaan, Ramadan juga disambut sebagai momen untuk pemulihan ekonomi.
Saat Ramadan, berbagi takjil maupun makanan untuk berbuka puasa sudah membudaya. Semangat ini tak lepas dari sebuah hadits riwayat Tirmidzi.
’’Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.’’
Orang pun jadi berlomba-lomba menyiapkan takjil maupun makanan untuk berbuka puasa.
Belum lagi, momen buka puasa yang digunakan untuk berkumpul maupun kegiatan positif, seperti kajian maupun diskusi keagamaan.
Rumah makan hingga warung-warung pun berlomba-lomba memberikan penawaran epik dan menarik agar, agenda itu digelar di tempatnya.
Kemudian, pada menjelang Lebaran nanti. Pergerakan uang diperkirakan mulai melonjak. Itu karena adanya ’’tradisi’’ serba baru saat lebaran.
Para pelaku usaha pun telah menyiapkannya jauh-jauh hari. Bahkan, sebelum Ramadan tiba, mereka sudah mulai produksi. Ada aneka ragam produk, mulai fesyen, kuliner, oleh-oleh, hingga paket bingkisan.
Berdasarkan survei yang dilakukan
Data Indonesia pada periode 10 Januari hingga 6 Februari 2023, dari 569 responden di berbagai wilayah Indonesia, sebanyak 34,09 persennya menyiapkan anggaran Lebaran 2023 di kisaran Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.Dari total anggaran yang disiapkan, 67,85 persen responden merencanakan uang itu untuk produk fesyen dan gaya hidup demi menyambut Lebaran. Kemudian, 61,34 persen responden berencana untuk perlengkapan ibadah.Sepekan hingga dua pekan sebelum Lebaran jadi waktu yang tepat bagi 40,25 persen responden untuk berbelanja. Sedangkan 20,21 responden, memilik waktu lebih mepet, atau kurang dari sepekan sebelum Lebaran.Sementara, Bank Indonesia memperkirakan, perputaran uang tunai selama Ramadan dan Lebaran 2023 diperkirakan mencapai Rp 195 triliun. Jumlah itu mengalami kenaikan 8,22 persen dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 180,2 triliun.Angka itu juga lebih tinggi dari pada tahun sebelum Pandemi Covid-19, yakni Rp 191,3 triliun pada 2018 dan Rp 191,9 triliun pada 2019. Sedangkan saat Covid-19 merebak, perputaran uang anjlok di angka Rp 109,2 triliun saja.Ini belum perputaran uang saat libur Lebaran. Di mana, diperkirakan puncak libur Lebaran tiba pada 23-24 April 2023. Perputaran uang pun dimungkinkan bisa lebih tinggi.Kepala Ekonomo Bank Permata menyebut, pada periode Ramadan dan Idul Fitri, peredaran uang atau likuiditas perekonomian berpotensi meningkat mencapai Rp 8.573 triliun.Menurutnya, dalam
Kontan.id, pencabutan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) jadi pemicu meningkatnya aktivitas ekonomi pada 2023.Lebih lagi, aktivitas mudik juga sudah dibolehkan. Kondisi ini, mendorong perputaran uang lebih signifikan. Ini tentunya, memberi dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, termasuk pemerataan ekonomi dari kota ke desa.Perputaran ekonomi ini bukan untuk umat Islam saja. Namun, masyarakat non-muslim pun kecipratan cuannya.Pemerintah maupun pemangku kepentingan mestinya betul-betul memanfaatkan momen tersebut. Yakni, dengan memberikan servis yang lebih bagi masyarakat, agar perputaran ekonomi terus berlanjut. Salah satunya, tentu dengan penyiapan infrastruktur.