Minggu, 22 Juni 2025

PERSOALAN study tour seringkali menjadi polemik bagi sekolah dan wali murid. Bahkan di berbagai media sosial, kita sering melihat berita tentang biaya yang membengkak, pembatalan mendadak, hingga insiden-insiden yang menimpa peserta study tour.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan krusial. Apakah study tour masih relevan sebagai sarana edukasi, ataukah sudah bergeser menjadi ajang komersialisasi semata?

Secara konseptual, study tour dirancang sebagai sarana pembelajaran di luar kelas yang efektif. Siswa diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah, museum, pabrik, atau destinasi lain yang dapat memperkaya wawasan dan memberikan pengalaman langsung.

Ini adalah kesempatan emas untuk melihat aplikasi teori di dunia nyata, memicu rasa ingin tahu, dan mengembangkan keterampilan sosial. Manfaat-manfaat ini tentu saja tak bisa didapatkan hanya dari bangku sekolah.

Namun, di lapangan, esensi edukasi study tour sering kali tergerus. Banyak sekolah seolah berlomba-lomba menawarkan paket study tour dengan destinasi yang jauh dan mewah.

Biaya yang dibebankan pun tak jarang memberatkan orang tua, terutama bagi keluarga dengan ekonomi pas-pasan.

Mirisnya, desakan untuk ikut serta seringkali dirasakan oleh siswa, seolah-olah study tour adalah kegiatan wajib yang tak bisa dilewatkan.

Selain soal biaya, aspek keamanan dan keselamatan juga menjadi sorotan. Insiden-insiden yang terjadi, seperti kecelakaan bus atau masalah akomodasi, menimbulkan kekhawatiran besar.

Perencanaan dan Pengawasan...

Komentar

Terpopuler