
SELAMA orang masih menggunakan pakaian, selama orang masih membutuhkan sandang, industri tekstil tidak akan pernah mati. Yang mati atau berganti hanya pemainnya atau dalam hal ini produsen tekstil.
Penonton dalam atau konsumen tetap ada untuk menikmati game atau permainan walau pemain silih berganti.
Inilah yang diungkapkan Simon Sinek di dalam kerangka berpikirnya terkait esensi game tidak terbatas atau infinite game.
Sinek membedakan permainan menjadi dua, yakni finite game dan infinite game. Di dalam finite game atau game terbatas, permainan yang jelas: ada garis start, terdapat aturan yang jelas, dan kapan selesainya seperti layaknya olahraga.
Sebaliknya di dalam infinite game, hampir tidak ada aturan yang baku dan tidak ada garis akhir.
Pengusaha seringkali menggunakan pendekatan bisnisnya sebagai finite game yakni hanya fokus pada memenangkan permainan atau dalam hal mendominasi pasar.
Padahal di dalam infinite game “the game of business has no finish line”, permainan di bisnis tidak punya garis akhir.
Artinya di dalam berbisnis kita harus punya infinite mindset yang menekankan pada visi jangka panjang, adaptabilitas dan reseliensi atau kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih dari kesulitan.
- 1
- 2