Minggu, 26 Januari 2025

IDULFITRI menjadi momentum istimewa bagi masyarakat di Indonesia, khususnya umat islam. Idulfitri tidak sekedar ritual perayaan hari raya agama islam, namun banyak mengandung ajaran dan nilai-nilai kemanusian.

Bagi umat islam, selama sebulan penuh mereka telah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Selain sebagai ibadah wajib, tentunya banyak keutamaan yang dimilikinya.

Salah satunya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim "Man shoma romadhona imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih" yang artinya bahwa barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Mengacu pada hadis di atas, maka dengan selesainya pelaksanaan ibadah puasa, manusia sudah terbebas dari dosa-dosa dan kesalahannya kepada Allah, dan kemudia berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan-Nya, dan ini sebagai manifestasi Hablun Minallah.

Indonesia menjadi negara yang memiliki budaya yang sangat istimewa dibanding negara islam lainnya. Diawali dengan budaya mudik lebaran. Mudik lebaran adalah satu budaya di mana masyarakat melaksanakan kegiatan pulang ke daerah asal dari tempat atau kota di mana sedang bekerja atau mungkin melaksanakan kegiatan belajar.

Budaya ini tentunya menganduk hikmah luar biasa. Salah satunya adalah menjadi mementum bagi manusia untuk mengingat kembali jatidiri seseorang. Kita diingatkan darimana kita berasal. Sesukses apapun kita, tentunya tidak lepas dari jasa,pengorbanan dan upaya dari keluarga bahkan saudara dan tetangga yang ada di tempat asal. Situasi seperti ini bisa menjadi salah satu bentuk muhasabah bahwa kita tidak boleh sombong dengan posisi dan capaian kita saat ini.

Selanjutnya adalah budaya silaturrahim. Setelah melaksanakan sholat idulfitri, masyarakat di Indonesia akan saling mengunjungi keluarga, sanak kerabat, tetangga, guru, dan teman untuk saling meminta maaf.

Ritual ini menjadi bentuk manifestasi dari Hablun Minannas. Jika puasa ramadan bisa menghapus dosa-dosa yang bersifat vertikal yaitu kepada sang kholiq, maka silaturrahim ini dalam rangka menghapus dosa-dosa yang bersifat horisontal. Yaitu dosa-dosa atau kesalahan yang dilakukan kepada sesama manusia.

Maka berbanggalah umat islam saat lebaran idulfitri, karena mereka sudah bersih dari dosa dan kesalahan, baik yang dilakukan kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Sehingga dia kembali menyandang predikat fitrah atau suci.

Dalam ritual kegiatan silaturrahim di Indonesia, terselip juga ibadah berupa sedekah. Di mana para orang tua memberikan sejumlah uang yang dikenal dengan istilah wisit kepada anggota keluarga, saudara dan khususnya yang masih anak-anak.  Hal-hal seperti ini tentunya mengandung satu makna yang luar biasa, yaitu saling berbagi dalam kebahagiaan. Sebuah ibadah yang mungkin jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 

Momentum idulfitri juga dirasakan keberkahannya oleh para umat beragama lain selain islam, khususnya mereka yang menjalankan bisnis. Bagaimana tidak, dalam rangka menyambut perayaan idulfitri, umat islam berbondong bondong untuk membeli makanan sebagai jamuan saat momentum silaturrahim.

Tidak cukup makanan saja, sebagai bentuk syukurnya, umat islam juga berupaya untuk mengenakan pakaian yang terbaik, sehingga momentum idulfitri mereka membeli pakaian baru. Sehingga kondisi seperti ini menjadi satu bentuk keberkahan bagi umat agama lain.

Sebagai bentuk akumulasi keberkahan bulan ramadan dan idulfitri. Momentum perayaan idul fitri di Indonesia juga menjadi momentum persatuan baik bagi sesama umat islam maupun antar warga bangsa Indonesia. Masyarakat saling bahagia, saling tertawa dalam kebersamaan tanpa lagi melihat perbedaan suku, kasta dan bahkan antar agama.

Budaya inilah yang perlu disyukuri oleh semua elemen bangsa Indonesia, karena keindahan hidup beragama dan berbangsa seperti ini tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia. Sehingga perlu kita jaga dan lestarikan. (*)

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler