Minggu, 26 Januari 2025


DALAM upaya melestarikan dan menjaga aset Nusantara, kajian tentang manuskrip kuno menjadi sangatlah menarik karena bisa mengungkap sisi nilai budaya maupun sejarah. Salah satunya yakni kajian manuskrip mushaf Alquran yang mampu menjadi  bukti sejarah awal dan berkembangnya Islam di Nusantara.

Kajian naskah ini dapat ditelisik mulai dari umur naskahnya, jenis kertas, rasm, qiraat, tanda baca dan aspek lainnya yang menyangkut kodikologi ataupun tekstologi. Manuskrip naskah kuno biasanya tersimpan di berbagai perpustakaan, museum, kolektor dalam negeri maupun luar negeri, pesantren atau ahli waris.

Adapun salah satu yang termasuk manuskrip mushaf Alquran yang disimpan oleh ahli waris adalah manuskrip mushaf yang saat ini tersimpan di perpustakaan Pondok Pesantren Al-Yasir di Dukuh Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang dipimpin oleh KH Ahmad Sa'iq bin Mahin bin Dahlan bin Yasir.

Penelusuran terhadap sejarah dan asal usul manuskrip Alquran koleksi Ponpes Al-Yasir, Jekulo, Kudus, memberikan gambaran bahwa kepemilikan naskah ini berasal dari pemberian KH Dahlan kepada anaknya yaitu KH Mahin, kemudian diturunkan kepada anaknya yaitu KH Ahmad Sa`iq yang merupakan pengasuh Ponpes Al-Yasir saat ini.

Naskah manuskrip mushaf Alquran Ponpes Al-Yasir tersimpan di Perpustakaan Ponpes Al-Yasir, di sebuah ruangan di dalam etalase kaca, disimpan bersama manuskrip-manuskrip lain dan kitab-kitab cetakan yang sudah berumur tua.

Untuk mushaf ini berasal dari kertas abad ke-19, atau berumur sekitar kurang lebih 150 tahun. Perkiraan ini mengacu pada chain lines pada watermark yang tidak terdapat shadow di sekitarnya. Bahan yang digunakan untuk kertas naskah ini adalah jenis kertas Eropa dengan bukti jika diterawang menggunakan cahaya, terlihat garis-garis membujur serta terdapat watermark.

Terkait dengan kondisi fisik, mushaf ini secara umum dalam kondisi baik, masih bisa terbaca tetapi tidak utuh. Ada beberapa bagian yang hilang dan sobek pada halaman awal surah Al-Fatihah sampai Al-Baqarah ayat 104.

Dengan sampul yang sudah hilang, tetapi sisa-sisanya ada sampul yang masih menempel dengan warna hitam di area jahitan pengepakan tengah. Dilihat dari tanda-tanda pada sampul, sampul manuskrip ini tampaknya terbuat dari kulit binatang.Ukuran lembar kertas mushaf memiliki panjang 32 cm dan lebar 19,50 cm. Ukuran bidang yang berisi teks memiliki panjang 22,30 cm dan lebar 12,50 cm. Jarak antarbidang kosong dan bidang teks dari atas 4,60 cm, bawah 4,90 cm, dan sisi  kanan dan kiri bagian lipatan tengah 1,50 cm.Tebal mushaf 4,5 cm. Jumlah halaman pada mushaf ini adalah 295 lembar dengan memiliki jumlah 15 baris setiap halamannya. Jumlah ini konsisten dari awal naskah hingga akhir naskah, kecuali pada bagian akhir naskah dikarenakan tulisannya dibingkai dalam bingkai iluminasi dengan ukuran yang besar. Adapun rata-rata panjang baris pada manuskrip ini adalah 11,50 cm.Ditinjau dari karakteristik iluminasinya, manuskrip ini identik dengan iluminasi mushaf Jawa. Iluminasi terdapat pada tiga bagian, yaitu awal, tengah dan akhir mushaf dengan bentuk gaya iluminasi floral perpaduan warna merah, hitam dan hijau.Selain itu, juga terdapat iluminasi sederhana untuk membingkai tanda awal juz yang terletak secara simetris di sisi kanan dan kiri halaman mushaf. Penelitian ini menemukan rasm yang digunakan dalam mushaf adalah rasm campuran antara rasm utsmani dan rasm imla’i, akan tetapi lebih didominasi oleh rasm imlai. Sedangkan dari segi qiraat menggunakan qiraat ‘Ashim riwayat Ḥafṣ.Begitulah gambaran mengenai manuskrip mushaf Alqur’an di Ponpes Al-Yasir Jekulo. Maka dengan melakukan penelitian terhadap naskah ini, mampu menyingkap bagaimana karakteristik Alquran pada zaman dulu. Sehingga manuskrip mushaf Alquran tetap terjaga dan menjadi simbol sejarah berkembangnya mushaf Alquran. (*) *) Mahasiswa IAIN Kudus Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir

Baca Juga

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler