MERUAHNYA hasil alam Nusantara menjadikan wilayah pesisir menjadi lahan dan sarana perdagangan global. Kapal kayu Pinisi Bugis mampu memuat 1.000 ton makanan hingga hasil alam dijual ke Pulau Sumatera dan Kalimantan sejak abad ke-5.
Kapal dari China, India, Timur Tengah berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta) untuk mendapat rempah-rempah ditukar dengan sutra, tekstil, porselin, parfum, dan sebagainya. Banyak warga asing yang berdatangan ke Nusantara.
Tome Pires warga Portugis, abad ke-15 kali pertama mendarat di Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada tahun 1552 Portugis berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara) di bawah pimpinan Francisco Serrao yang berlayar dari Belanda ke Ambon melalui Tidore dan Ternate dan mengenalkan agama Katolik.
Pada 1513 Portugis di bawah Kapten Antoni de Miranda de Azevedo tiba di Ternate. Pada 1521 Spanyol melalui ekspedisi dipimpin Ferdinand Magellan tiba di Tidore.
Pada 1522 Portugis di bawah Antonio de Brito tiba di Ambon meneruskan ke Banda dan Ternate, ia menjadi Gubernur Portugis pertama di Maluku. Pada 1542 Spanyol menduduki Tidore.
Pada 1599 Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck pertama kali tiba di Ambon di Kepulauan Rempah Maluku. Pada 1599 Kapten van Warwijk dari Belanda tiba di Ternate mengenalkan agama Kristen.
Pada 1602 Belanda membentuk VOC (
Vereenigde Oost Indische Compagnie) yakni Perserikatan Maskapai Hindia, penggabungan perseroan yang memperebutkan rempah-rempah di Maluku. Kata ‘Maluku’ istilah oleh pedagang Arab dari kata
Jazirah al-Muluk artinya negeri para raja.
Rempah-rempah di Maluku sebagai magnet bagi bengsa asing untuk hadir di Maluku, sehingga menjadi perlintasan penyebaran manusia di kawasan Indo-Pasifik yakni daerah yang terbentang dari barat Samudra Hindia hingga bagian tengah Samudera Pasifik.
Pada tahun 1604 Inggris dengan pelayaran
The East India Company yang dipimpin Sir Henry Middleton mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Di Banda terdapat keturunan bangsa Arab, Portugis, Inggris, dan Belanda. Keturunan Arab dengan marga Baadila, Assegaf, Bahalwan, dan Alkatiri. Keturunan Portugis dengan nama marga Frankemen, Da Costa, Dias, De Fretes, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, dan Da Silva. Keturunan Inggris dengan marga Muskat, Belanda dengan marga Van der Broeck.
Benarkah 350 Tahun Dijajah?Fakta sejarah Nusantara dijajah dapat disaksikan hingga kini. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI kini mengelola lebih dari 200 keping benda muatan asal kapal tenggelam (BMKT) sebagai koleksi harta karun kapal tenggelam abad ke-9 hingga abad 18.
BMKT meliputi lokasi (ada 900 tertebar di perairan Nusantara), kapal tenggelam dan muatannya yang memiliki nilai ekonomi, budaya, iptek, dan sejarah. Peninggalan ada di 463 lokasi di perairan Kepulauan Riau, Selat Karimata, Bangka Belitung, dan Laut Jawa.
Dari jumlah 463, 25 persen telah disurvei dan 3 persen telah diangkat ke darat, 40 lokasi menjadi objek wisata selam yakni Teluk Banten, Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar, Tangkolak di Kabupaten Kerawang, Selayar, Pulau Seribu, Natuna, dan Biak.
Kapal masa itu membawa komoditas dari China, Asia Barat, dan Eropa (Belanda, Inggris, dan Spanyol).Hal yang menjadi pemahaman umum untuk diluruskan, benarkah Nusantara dijajah selama 350 tahun?Upaya memutarbalikkan data sejarah oleh pihak lain yang tidak dikritisi oleh bangsa Indonesia penyebab inferior, rendah diri yang perlu diluruskan, mengapa ?Tidak bisa dipukul rata seluruh wilayah Indonesia dijajah selama itu. Aceh misalnya, baru ditaklukkan Belanda tahun 1904 dan Bali takluk pada 1906. Dengan asumsi pada akhir pendudukan kolonial Belanda, saat Jepang masuk pada 1942, maka Aceh paling lama dijajah selama 38 tahun dan Bali 36 tahun (saja!).Bagian wilayah Nusantara yang paling lama dijajah Belanda adalah Maluku, Banten, dan Batavia (Jakarta) mencapai 340 tahun (3 wilayah itu saja).Cornelis de Houtman kali pertama mendarat di Banten tahun 1596 sedangkan VOC tahun 1610 M menjadikan Ambon sebagai kantor gubernur jenderalnya. Belanda memerlukan lebih dari 300 tahun untuk menaklukkan beberapa daerah di Hindia Belanda (Nusantara).Orang Belanda yang kali pertama memasuki wilayah Nusantara, Cornelius De Houtman tahun 1552 M mendarat di pelabuhan Banten.Data tersebut menandaskan, mungkinkah Belanda langsung berkuasa di semua wilayah Nusantara? Tidak!Kekuasaan raja-raja di Nusantara (tahun 1552) masih kokoh, abad ke-17 masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) di Aceh wilayah kekuasaannya hingga ke Semenanjung dan Pantai Barat Sumatera.Sultan Agung wilayahnya seluruh Jawa, kecuali Banten dan Batavia. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak perlu pesimis sebagai bangsa mantan jajahan.Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 atas tetesan darah dan air mata anak bangsa dari ragam agama, suku, dan etnis. Mengisi kemerdekaan dengan semangat membangun negeri untuk lebih dikokohkan bersama di tengah keragaman bangsa. (*)
*) Pemerhati Sejarah dari IAIN Kudus
[caption id="attachment_203236" align="alignleft" width="150"]
Moh Rosyid *)[/caption]
MERUAHNYA hasil alam Nusantara menjadikan wilayah pesisir menjadi lahan dan sarana perdagangan global. Kapal kayu Pinisi Bugis mampu memuat 1.000 ton makanan hingga hasil alam dijual ke Pulau Sumatera dan Kalimantan sejak abad ke-5.
Kapal dari China, India, Timur Tengah berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta) untuk mendapat rempah-rempah ditukar dengan sutra, tekstil, porselin, parfum, dan sebagainya. Banyak warga asing yang berdatangan ke Nusantara.
Tome Pires warga Portugis, abad ke-15 kali pertama mendarat di Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada tahun 1552 Portugis berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara) di bawah pimpinan Francisco Serrao yang berlayar dari Belanda ke Ambon melalui Tidore dan Ternate dan mengenalkan agama Katolik.
Pada 1513 Portugis di bawah Kapten Antoni de Miranda de Azevedo tiba di Ternate. Pada 1521 Spanyol melalui ekspedisi dipimpin Ferdinand Magellan tiba di Tidore.
Pada 1522 Portugis di bawah Antonio de Brito tiba di Ambon meneruskan ke Banda dan Ternate, ia menjadi Gubernur Portugis pertama di Maluku. Pada 1542 Spanyol menduduki Tidore.
Pada 1599 Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck pertama kali tiba di Ambon di Kepulauan Rempah Maluku. Pada 1599 Kapten van Warwijk dari Belanda tiba di Ternate mengenalkan agama Kristen.
Pada 1602 Belanda membentuk VOC (
Vereenigde Oost Indische Compagnie) yakni Perserikatan Maskapai Hindia, penggabungan perseroan yang memperebutkan rempah-rempah di Maluku. Kata ‘Maluku’ istilah oleh pedagang Arab dari kata
Jazirah al-Muluk artinya negeri para raja.
Rempah-rempah di Maluku sebagai magnet bagi bengsa asing untuk hadir di Maluku, sehingga menjadi perlintasan penyebaran manusia di kawasan Indo-Pasifik yakni daerah yang terbentang dari barat Samudra Hindia hingga bagian tengah Samudera Pasifik.
Pada tahun 1604 Inggris dengan pelayaran
The East India Company yang dipimpin Sir Henry Middleton mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Di Banda terdapat keturunan bangsa Arab, Portugis, Inggris, dan Belanda. Keturunan Arab dengan marga Baadila, Assegaf, Bahalwan, dan Alkatiri. Keturunan Portugis dengan nama marga Frankemen, Da Costa, Dias, De Fretes, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, dan Da Silva. Keturunan Inggris dengan marga Muskat, Belanda dengan marga Van der Broeck.
Benarkah 350 Tahun Dijajah?
Fakta sejarah Nusantara dijajah dapat disaksikan hingga kini. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI kini mengelola lebih dari 200 keping benda muatan asal kapal tenggelam (BMKT) sebagai koleksi harta karun kapal tenggelam abad ke-9 hingga abad 18.
BMKT meliputi lokasi (ada 900 tertebar di perairan Nusantara), kapal tenggelam dan muatannya yang memiliki nilai ekonomi, budaya, iptek, dan sejarah. Peninggalan ada di 463 lokasi di perairan Kepulauan Riau, Selat Karimata, Bangka Belitung, dan Laut Jawa.
Dari jumlah 463, 25 persen telah disurvei dan 3 persen telah diangkat ke darat, 40 lokasi menjadi objek wisata selam yakni Teluk Banten, Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar, Tangkolak di Kabupaten Kerawang, Selayar, Pulau Seribu, Natuna, dan Biak.
Kapal masa itu membawa komoditas dari China, Asia Barat, dan Eropa (Belanda, Inggris, dan Spanyol).
Hal yang menjadi pemahaman umum untuk diluruskan, benarkah Nusantara dijajah selama 350 tahun?
Upaya memutarbalikkan data sejarah oleh pihak lain yang tidak dikritisi oleh bangsa Indonesia penyebab inferior, rendah diri yang perlu diluruskan, mengapa ?
Tidak bisa dipukul rata seluruh wilayah Indonesia dijajah selama itu. Aceh misalnya, baru ditaklukkan Belanda tahun 1904 dan Bali takluk pada 1906. Dengan asumsi pada akhir pendudukan kolonial Belanda, saat Jepang masuk pada 1942, maka Aceh paling lama dijajah selama 38 tahun dan Bali 36 tahun (saja!).
Bagian wilayah Nusantara yang paling lama dijajah Belanda adalah Maluku, Banten, dan Batavia (Jakarta) mencapai 340 tahun (3 wilayah itu saja).
Cornelis de Houtman kali pertama mendarat di Banten tahun 1596 sedangkan VOC tahun 1610 M menjadikan Ambon sebagai kantor gubernur jenderalnya. Belanda memerlukan lebih dari 300 tahun untuk menaklukkan beberapa daerah di Hindia Belanda (Nusantara).
Orang Belanda yang kali pertama memasuki wilayah Nusantara, Cornelius De Houtman tahun 1552 M mendarat di pelabuhan Banten.
Data tersebut menandaskan, mungkinkah Belanda langsung berkuasa di semua wilayah Nusantara? Tidak!
Kekuasaan raja-raja di Nusantara (tahun 1552) masih kokoh, abad ke-17 masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) di Aceh wilayah kekuasaannya hingga ke Semenanjung dan Pantai Barat Sumatera.
Sultan Agung wilayahnya seluruh Jawa, kecuali Banten dan Batavia. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak perlu pesimis sebagai bangsa mantan jajahan.
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 atas tetesan darah dan air mata anak bangsa dari ragam agama, suku, dan etnis. Mengisi kemerdekaan dengan semangat membangun negeri untuk lebih dikokohkan bersama di tengah keragaman bangsa. (*)
*) Pemerhati Sejarah dari IAIN Kudus