Minggu, 26 Januari 2025


DUNIA kerja sudah mulai memasuki pada angkatan kerja milenial. Tidak dipungkiri angkatan kerja milenial memiliki banyak kelebihan. Mereka dilahirkan dan dibesarkan di mana peradaban teknologi sedang pada pertumbuhan yang amat pesat.

Oleh karena itu, pekerja milenial sangat akrab dengan teknologi, mereka menjadikan teknologi sebagai panduan kehidupan dalam sehari-hari, terutama penggunaan smartphone. Hampir semua kegiatan hidup mereka selalu terkait dengan gadget yang terkoneksi dengan internet.

Memang terdapat banyak kemudahan di dalamnya untuk mengakses berbagai macam kebutuhan atau untuk sekadar menuntun hidup, sehingga generasi milenial ini cenderung menjadi generasi yang mempunyai kreativitas tinggi, inovatif, dan high technology.

Hal ini tentu menjadikan nilai tambah positif di pandang dari segi pemanfaatan sumber daya manusia, seiring dengan kondisi terkini yang menuntut organisasi atau perusahaan untuk dapat adaptif dengan perkembangan zaman.

Memberdayakan Angkatan Milenial

Tuntutan pasar semakin mengarah pada perubahan yang sangat cepat dan dinamis. Hal ini akan menjadi keuntungan tersendiri jika kita mampu memanfaatkan generasi milenial ini sebagai sumber daya manusia.

Apalagi pada tahun 2020 diperkirakan 50 persen dari tenaga kerja terdiri dari generasi milenial dan diharapkan tahun 2025 akan menjadi 75 persen pekerja didominasi oleh tenaga kerja milenial, dikutip dari reaktor.co.id.

Kemudian apakah dengan mempekerjakan generasi milenial ini perusahaan akan memperoleh banyak kemudahan. Tentu saja tidak, karena selain banyak kelebihan positif tersebut di atas, generasi milenial ini mempunyai kelemahan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa generasi milenial ini cenderung tidak betah dalam suatu lingkungan yang statis.

Mereka lebih menyukai sesuatu yang dinamis, sehingga membuat generasi milenial mempunyai kecenderungan pindah kerja yang tinggi.

Hal ini akan menjadi masalah bagi sebuah perusahaan jika tidak ditangani dengan tepat. Karena akan membuat turn over karyawan menjadi tinggi, dan mengakibatkan banyak waktu dan biaya yang terbuang untuk terus melakukan rekrutmen. Efeknya pasti akan membuat produktivitas menurun.

Beberapa hal yang bisa diantisipasi untuk memberdayakan angkatan kerja melenial ini tentunya berawal dari proses rekrutmen. Sejak awal dari proses ini yang paling penting ditekankan adalah tingkat religious dari angkatan kerja tersebut. Kenapa harus mempertimbangkan religiousme ini?

Mengukur Religious Value

Sebagai hakikat sifat dasar, manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai sumber daya yang unik bagi sebuah organisasi atau perusahaan.

Yaitu sebagai sumber daya yang mempunyai modal fisik seperti cantik/tampan, modal kecakapan, dan social capital.

Selain itu manusia mempunyai modal dari sisi spiritual, nah hal inilah yang perlu kita tekankan. Karena sisi spiritual ini hanya bisa kita temukan pada sumber daya manusia.

Dengan modal spiritual ini manusia mampu mempunyai kekuatan lain selain dari dirinya sendiri, yaitu kekuatan dari kedekatan dengan Tuhan. Ini akan menguatkan manusia tatkala mereka dalam kondisi tertentu kemudian meminta pertolongan dari Tuhan.

Apa hubungan religious ini dikaitkan dengan pemanfaatan pekerja milenial?

Dengan berbagai karakter angkatan kerja milenial tersebut, perlu diimbangi dengan nilai-nilai keagamaan sebagai penyeimbang dari semua kelebihan generasi milenial yang kreatif dan inovatif ini.

Sebab, dengan tertanamnya nilai-nilai religi di dalamnya, maka kreativitas dan inovatif mereka akan terarah menuju menuju ke hal yang positif. Bukan untuk kreativitas dan inovasi yang merusak tatanan kehidupan.

Dan yang paling penting tentunya adalah tatanan dunia kerja akan lebih terarah dan tercipta kedamaian di dalamnya.

Lalu bagaimana proses rekrutmen berbasis religious value ini dilakukan?

Sebelum ke sana perlu kita ketahui proses rekrutmen yang sudah banyak dilakukan sebelumnya. Banyak indikator untuk melihat karakter dari manusia dalam proses rekrutmen, dari tes psikologi sampai dengan menggunakan daftar-daftar pertanyaan yang dapat kita cari di banyak literatur.
Bahkan di era modern ini sudah terdapat aplikasi atau alat untuk melakukan proses rekrutmen ini. Hal ini pastinya juga akan menjadi dasar sebelum ke proses menilai religious value calon pekerja.Nah, proses rekrutmen berbasis religious ini hanya bisa dilakukan dengan cara wawancara atau observasi langsung dengan calon pekerja.Banyak alat diciptakan untuk membantu kita dalam proses rekrutmen, tetapi untuk mengukur religious value ini hanya bisa dilakukan dengan proses observasi langsung.Sebelumnya sisipkan dalam tes sebelumnya alat uji untuk mengukur tingkat kejujuran dari calon pekerja, sehingga selain dari intuisi kita menilai kejujuran mereka, kita juga bisa mempertimbangkan dari hasil tes kejujurannya sebagai pertimbangan kita dalam menilai.Indikator apa sih yang digunakan untuk menilai manusia dari sisi religious value-nya? Tentunya berkaitan dengan pemberdayaan mereka di dunia kerja. Beberapa hal yang bisa kita observasi adalah sebagai berikut.Pertama, bagaimana mereka memandang agama dalam kehidupan mereka. Orang yang menempatkan agama sebagai sesuatu yang amat penting menunjukkan bahwa mereka mempunyai kepatuhan. Karena mereka masih menilai bahwa kehidupannya perlu diatur untuk berkehidupan baik di dunia dan akhirat.Mereka mempunyai pemikiran bahwa, sesuatu memang harus diatur, ada yang mengatur dan ada yang diatur, sehingga semuanya akan berjalan sesuai dengan jalurnya.Kedua, bagaimana menjalankan ibadah terutama hal ini perlu kita tekankan salatnya. Ketika salat mereka tertib, tepat waktu, dan tidak bolong-bolong, maka sebagian besar hidupnya teratur, konsisten, mampu mengatur dirinya sendiri, manajemen waktunya juga cenderung baik.Dan sebaliknya, Ketika seseorang salatnya jarang, maka sifatnya cenderung tidak teratur, dan tidak konsisten, apalagi ketika mereka berani meninggalkan salat, sederhananya saja meninggalkan Allah saja bisa apalagi dengan keteraturan di tempat kerja atau diatur oleh pimpinan.Ketiga, bagaimana salat jemaahnya di masjid. Ini ditujukan lebih tepatnya untuk calon pekerja laki-laki.Di dalam Islam, salat berjemaah di masjid menjadi hal yang mutlak bagi kaum laki-laki. Ketika kita bisa menemui calon pekerja dengan salat jemaah yang bagus di masjid, ini mencerminkan kehidupannya teratur, manajemen waktunya sangat bagus, kontrol emosinya juga bagus, sikap saling menghormati dan juga patuh kepada pimpinan.Hal ini sejalan dengan konsep Islam mengenai salat berjamaah, bahwa di mana semua diatur dalam satu komando mulai dari azan, iqomah, dan imam sebagai komandonya.Tidak ada dalam salat berjemaah yang seseorang melakukan salat sebelum adanya iqomah, dan juga tidak ada makmum yang diperbolehkan mendahului imam, seberapa pun pentingnya kebutuhannya tidak bisa dan tidak boleh mendahului imam. Di sini terselip kepatuhan, kesabaran, dan saling menghormati yang tinggi.Keempat, selain menilai kadar salat jemaah di masjidnya, bagaimana salat subuhnya apakah jemaah di masjid? Ini hal yang paling mendasar, karena salat jemaah subuh di masjid lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.Hal ini tentunya akan memberikan efek yang sangat positif pada manusia dan berdampak pada kinerja di perusahaan atau organsasi.Kelima, membaca Alquran. Seberapa banyak mereka membaca Alquran dalam sehari? Atau dalam kurun waktu apa atau kapan mereka membaca Alquran? Ini kita gunakan untuk menilai selain salat, ke mana mereka mengontrol stres mereka.Angkatan kerja milenial cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi akibat dari akses internet yang menyediakan berbagai informasi, yang tentunya berdampak pada pola pikir seseorang. Dalam banyak penelitian, Alquran menjadi penawar stres dan berbagai macam penyakit.Membaca dan mendengarkan Alquran akan membuat kita rileks, sehingga mampu untuk mengurai atau menurunkan tingkat stres.Seseorang yang rutin membaca Alquran mereka cenderung bagus dalam mengontrol tingkat stresnya, mengontrol emosinya. Apalagi kalau mendapati calon perkerja tahfiz bisa dipastikan mempunyai kecerdasaan dan emotional intelligent yang tinggi.Nah dari beberapa hal yang sudah disampaikan di atas, tentunya tidak ada manusia yang sempurna. Selain hal-hal umum dalam rekrutmen, religious value ini bisa dijadikan sebagai pertimbangan.Tentunya dengan mempertimbangkan indikator-indikator di atas, kemudian bisa dibuat skor dari masing-masing indikator sebagai acuan kita menilai. Dan terakhir, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan atau organisasi. (*) *) Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung Semarang.

Baca Juga

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler