Minggu, 26 Januari 2025


LAJU penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 yang terus meningkat, menjadi dasar pemerintah mengeluarkan kebijakan agar terus melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring di semua jenjang pendidikan. Para guru dan siswanya, dosen dan mahasiswanya dituntut untuk belajar tanpa tatap muka dengan menggunakan teknologi informasi serta alat pendukungnya.

Perubahan sistem belajar tatap muka menjadi daring membuat banyak pihak harus segera beradaptasi dengan teknolgi digital.

Mulai 16 Maret 2020 pembelajaran daring diterapkan. Pembelajaran daring secara terus menerus menimbulkan kebosanan baik bagi pendidik maupun peserta didik, ini terjadi karena tidak adanya interaksi secara langsung. Selain itu jika media pembelajaran yang digunakan para guru dominan monoton, membuat murid menjadi jenuh dan bosan.

Harapan agar sekolah dibuka kembali banyak dilontarkan orang tua/wali murid meskipun ada juga yang tetap menginginkan pembelajaran jarak jauh. Hingga saat ini kebijakan pemerintah tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh karena kasus Covid-19 belum mereda.

Berdasarkan permasalahan tersebut, mengerucut pada pembelajaran sejarah selama ini belum ditemukannya media pembelajaran yang menarik. Peserta didik kurang antusias dengan pelajaran sejarah. Karena terlalu banyak materi dan teori yang harus dihafalkan, sehingga menurunkan minat belajar peserta didik.

Banyak peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran sejarah adalah pelajaran yang tidak menarik, membosankan, dan sulit untuk dipahami (Alfian, 2011; Sayono, 2013). Oleh karena itu perlu dikembangkan penerapan sebuah media pembelajaran yang diharapkan dapat menarik peserta didik untuk mengikuti pelajaran sejarah.

Komunikasi dan Interaksi Lebih Hidup

Media pembelajaran saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu dalam proses pembelajaran, tidak hanya itu saja media pembelajaran dianggap sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru dalam memperkaya wawasan peserta didik serta berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang ini disampaikan.

Sependapat dengan Trianton (2013, hlm. xi) menyatakan bahwa “media yang baik adalah yang mengandung pesan sebagai perangsang, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar pada siswa (peserta didik). Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi tidak bosan atau cepat jenuh dalam mengikuti proses belajar.

Berbagai jenis media pembelajaran yang ada saat ini, penulis memutuskan untuk memilih media film sebagai media pembelajaran.

Penggunaan media film sebagai media belajar atau sumber belajar, dapat membantu pendidik dan peserta didik menjalin komunikasi dan interaksi yang lebih hidup meskipun secara daring, sehingga pesan pembelajaran yang ingin disampaikan dapat tercapai dengan lebih baik dan sempurna. Selain itu sifat-sifat yang nyata pada film dalam proses pembelajaran adalah kemampuannya untuk memperlihatkan gerakan-gerakan. Hal ini membuat film lebih menguntungkan dibandingkan dengan media lain.Mempelajari sejarah lewat film lebih mengasyikkan daripada sekadar membacanya melalui buku.  Karakter film sebagai media audio visual membuat pembelajaran terasa lebih menarik. Film bertemakan sejarah juga secara langsung dapat membaca suatu interpretasi sejarah berikut fakta-fakta sosial yang terkandung di dalamnya.Dengan kata lain, menikmati film bertemakan sejarah serasa membaca suatu analisa peristiwa sejarah yang komprehensif daripada sekadar menghafal nama-nama tokoh sejarah serta peristiwa-peristiwa penting yang melatarbelakanginya. Hal ini dapat mempermudah pemahaman sejarah dan tidak membosankan bagi peserta didik.Melalui film diharapkan peserta didik mampu mengolah informasi yang ada dari isi film tersebut, dengan begitu peserta didik dapat menganalisis serta dapat mengelompokkan data atau informasi mana saja yang sesuai dengan fakta dan realitanya. Tidak hanya itu saja, peserta didik dapat mengembangkan proses berpikirnya, maka dari itu penggunaan media film dapat menjelaskan suatu proses dan menjelaskan suatu keterampilan dan semua peserta didik dapat belajar dari film tersebut sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengolah informasi.Dalam PJJ kelas XI IPS di SMAN 1 Gebog, media film dipergunakan dalam mata pelajaran sejarah minat. Guru mempersiapkan materi kehidupan manusia purba dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia menyajikannya dalam bentuk power point yang dibagikan melalui Google Classroom. Selanjutnya peserta didik dibagikan link film di Youtube untuk menonton film “Walking with Caveman“.Guru memberi kesempatan peserta didik untuk menikmati film tersebut, karena durasi film yang 90 menit maka tugas akan diberikan oleh guru untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari sumber informasi yang ada, sehingga peserta didik dilatih untuk mengambil poin-poin penting yang ada dalam isi pokok film serta mampu mengolah informasi yang telah didapat. Hasil kerja para peserta didik dilampirkan di google classroom dan akan dinilai oleh guru.Pada pertemuan selanjutnya akan diadakan diskusi melalui Zoom Meeting tentang film yang telah ditonton. Diskusi sangat menarik, karena banyak peserta didik yang memiliki kemampuan mengolah informasi dan menyampaikannya melalui forum diskusi online.Pembelajaran sejarah dengan menggunakan media film terbukti dapat meningkatkan daya tarik siswa terutama di masa pandemi Covid-19. Sehingga peserta didik tetap bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan antusias, rileks dan semangat.Kondisi yang serba terbatas dan sulit akibat wabah Covid-19 tidak lagi menjadi beban bagi proses pembelajaran sejarah, terutama di SMA Negeri 1 Gebog, Kabupaten Kudus. (*) *) Penulis adalah Guru di SMAN 1 Gebog, Kabupaten Kudus

Baca Juga

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler