CORONAVIRUS Disease 2019 (Covid-19) telah mewabah lebih dari 188 negara di dunia sejak kali pertama muncul akhir Desember 2019.
Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) terbaru (15/6/2021), kasus terkonfirmasi Covid-19 secara global lebih dari 175 juta kasus dengan 3,8 juta kematian dan 2,1 juta kesembuhan. Angka ini diprediksi oleh beberapa ahli akan terus meningkat dengan munculnya berbagai varian baru dari SARS-CoV-2 yang mana tingkat penularannya lebih tinggi.
Indonesia telah mencatat kasus Covid-19 tertinggi di Asia dengan lebih dari 1,5 juta kasus terkonfirmasi (15/6/2021). Beberapa wilayah di Indonesia saat ini sedang terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Lonjakan tajam ini terjadi setelah adanya euforia Lebaran pada bulan Mei lalu meskipun pemerintah telah memberlakukan pelarangan mudik untuk seluruh warganya. Tidak sedikit masyarakat yang abai dengan pelarangan tersebut dengan tetap melakukan mudik ke kampung halamannya dan lalai akan protokol kesehatan.
Hal ini salah satu yang membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam pencegahan penularan Covid-19 masih sangat rendah.
Pentingnya Media Edukasi dalam Pencegahan Covid-19Melihat rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Membatasi mobilisasi), maka pemberian edukasi kesehatan di masyarakat tentang perilaku 5 M harus terus digalakkan.
Edukasi kesehatan adalah hal penting yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan perubahan perilaku pada masyarakat.
Dengan adanya edukasi kesehatan, akan dapat membantu masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mencari pengobatan atau perawatan serta memungkinkan sadar akan berperilaku pencegahan Covid-19.
Perubahan perilaku masyarakat tidak serta merta, namun bila edukasi ini terus rutin dilakukan maka kesadaran masyarakat akan terus meningkat perlahan.
Edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai metode dan media. Salah satunya melalui promosi kesehatan dengan media sosial (medsos).
Beberapa tahun terakhir, perkembangan informasi begitu pesat dari berbagai
platform media sosial, seperti Whatsapp, Facebook, Twitter, Youtube, dan sebagainya.
Penelitian terbaru oleh Havas Media Group tahun 2020 melaporkan bahwa saat pandemi sekitar 40 persen masyarakat lebih banyak mengunjungi media sosial untuk mencari informasi dibandingkan sebelum terjadinya Covid-19.
Inilah mengapa media sosial dianggap menjadi sarana yang efektif sebagai media edukasi kesehatan, dikarenakan penggunaan media sosial di masyarakat yang tinggi serta kemudahan akses di masyarakat.
Meskipun begitu, survei lain oleh Axios-Harris di tahun sama justru menyatakan bahwa masyarakat paling tidak mempercayai berita yang disebarkan melalui media sosial. Hal ini dikarenakan beredarnya informasi tidak tepat dan berpotensi hoaks yang menyebabkan kekhawatiran di masyarakat.
Media Sosial sebagai Media Kreatif untuk Edukasi Kesehatan
Banyaknya informasi-informasi dari berbagai sumber di media sosial, memaksa masyarakat untuk lebih bijak dan teliti dalam menyaring informasi benar dan dapat dipercaya.Namun, bagi pemerintah dan para ahli kesehatan (edukator kesehatan) harus mampu pula menciptakan media edukasi yang kreatif sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengonsumsi berita dari sumber terpercaya dibandingkan hoaks yang beredar.Media edukasi kesehatan yang kreatif merupakan cara menyampaikan edukasi kesehatan yang akurat, terpercaya, up-to-date, dan mampu menarik perhatian masyarakat, sebagai sasaran edukasi, sehingga menciptakan perubahan perilaku di masyarakat.Seperti yang dibuktikan pada penelitian di Bangladesh tahun 2020 bahwa media edukasi yang kreatif dapat memengaruhi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Covid-19.Media kreatif untuk edukasi Covid-19 saat ini telah banyak ditemui di media sosial dengan berbagai bentuk, seperti poster online, video singkat, video panjang berupa film, vlog, webinar, dan sebagainya.Media sosial yang saat ini lebih digemari masyarakat, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para edukator kesehatan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat.Berbagai fitur yang disajikan
platform-platform di media sosial dapat menciptakan media edukasi kreatif dan efisien. Seperti fitur
live pada
platform Instagram yang dapat menciptakan suasana komunikasi dua arah.Para edukator kesehatan dapat berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat meskipun saling berjauhan, sehingga memudahkan masyarakat untuk memvalidasi hal-hal yang masih diragukan secara langsung dan ini mampu menekan penyebaran hoaks di masyarakat.Tidak hanya itu, media kreatif edukasi dapat disajikan pula dalam sebuah video berdurasi cukup panjang dan menarik seperti yang disajikan oleh salah satu
platform media sosial, yaitu Youtube.Para edukator dapat memanfaatkan media Youtube untuk memberikan informasi-informasi yang
up-to-date dengan cara menyenangkan untuk lebih dapat diperhatikan oleh masyarakat.Bahkan media sosial yang menyajikan video singkat dan unik seperti Tiktok. Para edukator dapat memberikan informasi-informasi singkat yang lebih menyenangkan melalui video yang diselipkan gerakan-gerakan lucu dan unik yang tersedia di
platform Tiktok.Apalagi, Tiktok adalah platform media sosial yang saat ini sedang digemari oleh masyarakat Indonesia dari berbagai usia dan latar belakang.Meskipun kemudahan dalam mengedukasi masyarakat tersedia di media sosial, namun para edukator kesehatan harus tetap memperhatikan pesan dan sasaran edukasi yang akan diberikan.Pesan yang terlalu rumit, bahasa yang digunakan sulit dipahami, gambar yang cenderung monoton, bahkan tidak sesuai dengan budayanya adalah hal-hal yang memungkinkan menjadi faktor masyarakat akan mengabaikan pesan edukasi yang diberikan.Oleh karenanya, media kreatif tidak hanya terpaku pada di mana pesan itu disampaikan, namun bagaimana cara dan apa isi pesan yang disampaikan serta bagaimana penerimaan masyarakat terhadap pesan tersebut adalah hal penting yang perlu diperhatikan.Maka, dengan pemanfaatan media sosial sebagai media edukasi kesehatan secara baik, kreatif, dan terus menerus oleh para edukator kesehatan maupun masyarakat akan mampu memberikan informasi yang akurat dan terpercaya, sehingga diharapkan perubahan perilaku dalam pencegahan Covid-19 mampu mengurangi tingginya kejadian Covid-19 di Indonesia. (*)
*) Dosen Epidemiologi, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang