Minggu, 26 Januari 2025


BENCANA banjir dan tanah longsor sudah berlalu, musim kemarau pun segera tiba. Dari sekian banyak kejadian bencana alam yang terjadi di Negeri yang kita cintai ini, hampir setengahnya berhubungan erat dengan cuaca. Cuaca adalah sesuatu yang lekat dan tidak pernah terlepas dari perjalanan kehidupan manusia, mulai dari masa lampau hingga masa kini.

Setiap orang tentu akan berharap agar cuaca selalu bersahabat dengan mereka, tapi sayangnya tidak setiap kejadian cuaca menguntungkan bagi manusia. Di satu sisi, beberapa kondisi cuaca dapat mendukung manusia untuk mengais rezekinya. Akan tetapi di sisi yang lain, beberapa kejadian cuaca justru dapat menjadi penghambat bahkan menghasilkan bencana yang merusak dan meluluhlantakkan. Salah satu kejadian cuaca yang begitu ditakuti oleh masyarakat karena dapat menimbulkan kerusakan adalah angin puting beliung.

Puting beliung merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang sering terjadi di Indonesia. Puting beliung adalah angin kencang, tetapi angin kencang belum tentu dapat dikatakan puting beliung, tergantung kecepatan angin yang menyertai, waktu kejadiannya singkat setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur melemah.

Dalam penjelasan lain, puting beliung merupakan sebuah kolom udara yang berputar di permukaan bumi sebagai produk dari jenis awan cumulonimbus dan bersifat merusak. Secara visual, awan cumulunimbus berbentuk awan hitam yang menggumpal yang tumbuk secara vertikal (konvektif) dan biasanya menghasilkan angin kencang (downdraft) serta petir.

Pada awal tahun 2021 kejadian puting beliung pernah menggegerkan warga sekitaran Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah hingga viral di media sosial.

 

Pertumbuhan Awan

Awan cumulonimbus ini akan tumbuh menjadi lebih besar dan tinggi akibat adanya pemanasan matahari yang intensif di suatu daerah. Pemanasan intensif ini mengakibatkan banyaknya penguapan yang terjadi yang menambah banyaknya awan yang tumbuh. Hal ini diperparah apabila terdapat tekanan rendah di suatu wilayah yang memicu pengumpulan massa udara di daerah tersebut sehingga pertumbuhan awan konvektif di daerah tersebut sangat cepat.

Pertumbuhan awan cumulonimbus meliputi tiga fase, yaitu fase pembentukan, fase matang, dan fase punah. Pada fase pembentukan, inti-inti kondensasi mengikat massa udara dan membentuk partikel awan.

Partikel awan ini lama-kelamaan akan berkumpul dan menjadi lebih besar dan terus tumbuh membumbung tinggi. Fase matang terjadi ketika awan cumulonimbus sudah mencapai lapisan tropopause pada ketinggian kurang lebih 15 km dan kemudian terbentuk seperti landasan di puncaknya.

Pada fase inilah biasanya terjadi proses pembentukan angin puting beliung. Setelah itu, apabila energi pembentukan awan sudah tidak ada maka massa udara awan akan turun menjadi hujan. Pada saat ini fase punah terjadi dan paling lama terjadi kurang lebih sekitar 1 jam.
Proses pembentukan angin puting beliung pada fase matang di awan terdapat arus udara naik (updraft) dan arus udara turun (downdraft) yang sangat besar yang antara satu dan lainnya saling bergesekan dan terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu angin puntiran yang berbentuk tabung ini dapat menembus sampai ke bumi dalam bentuk mirip belalai gajah (funnel cloud) dan apabila mencapai permukaan bumi akan menjadi puting beliung. Mengenali Ciri-Ciri Puting BeliungKejadian puting beliung hingga saat ini belum bisa diprediksi secara akurat walaupun menggunakan instrumen prakiraan cuaca modern, yaitu citra satelit dan radar cuaca. Oleh karena itu, dihimbau kepada masyarakat untuk memahami ciri-ciri kejadian angin puting beliung dari melihat perkembangan awan konvektif yang ada di sekitar kita.Karakteristik akan terjadinya angin puting beliung, yaitu sehari sebelumnya udara terasa panas dan pengap. Pada pagi hari sekitar pukul 10.00 terjadi pertumbuhan awan vertikal yang gelap dan cepat.Terbentuknya awan cumulonimbus yang besar, hitam dan gelap yang kemudian ranting dan dedaunan bergoyang kencang yang semakin lama semakin kencang dan terjadi angin puting beliung.Hal yang harus diperhatikan dalam kejadian angin puting beliung tidak harus terjadi pada musim peralihan (pancaroba). Walaupun kebanyakan terjadi pada musim peralihan pada pagi, siang dan sore hari serta tidak semua awan cumulonimbus menghasilkan angin puting beliung.Kecepatan anginya sekitar 30 sampai 50 knots. Durasi kejadiannya relatif singkat, biasanya kurang dari lima menit. Namun jika berskala lebih besar bisa berlangsung lebih lama dan kerusakan yang ditimbulkan akan lebih besar juga. Lintasan kejadian puting beliung bergantung pada pergerakan awan cumulonimbus yang menghasilkannya.Angin puting beliung dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan selalu waspada akan potensi kejadian puting beliung. Apalagi di Indonesia merupakan daerah yang cuacanya banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang berakibat Indonesia menjadi daerah rawan bencana yang disebabkan oleh faktor pertumbuhan awan vertikal. Juga karena daerahnya di ekuator seperti Indonesia di mana pertumbuhan awannya bisa sangat besar dan luas. (*) *) Penulis adalah pengamat dan Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tuban

Baca Juga

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler