TANGGAL 17 Agustus 2019 kita memperingati hari lahir Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74. Artinya negera Indonesia tercinta ini sudah berusia 3/4 abad jika 1 abad adalah 100 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang penuh lika-liku mengiringi roda kehidupan bangsa yang hingga kini masih tetap kokoh dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kita semua tahu bahwa awal berdirinya sebuah Negara yang bernama Indonesia ini tidak mudah. Sebelum negeri ini berdiri dan merdeka diatas kaki sendiri, bangsa kita pernah dijajah kurang lebih 3,5 abad lamanya oleh Belanda.
Kemudian dilanjutkan oleh Jepang yang menjajah 3,5 tahun. Selama masa kolonial tersebut, ada banyak perlawanan rakyat dari berbagai daerah yang ingin lepas dari belenggu penjajahan. Diantaranya perlawanan Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Antasari, Pattimura, Sultan Agung, Sultan Hasanudin, dll.
Perlawanan rakyat tersebut mengakibatkan pertumpahan darah yang luar biasa. Tidak sedikit jumlah korban yang berjatuhan. Tujuannya tidak lain adalah ingin keluar dari kolonialisme dan imperialisme yang dinilai menyengsarakan rakyat, karena bangsa Indonesia menjadi buruh di Tanah Air sendiri.
Kemudian tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan mengusir Belanda. Sepertinya ada angin segar atas kedatangan Jepang ke Indonesia, akan tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Ternyata Jepang juga menjajah bangsa Indonesia lebih kejam lagi. Dan lagi-lagi menambah penderitaan rakyat yang hidup dalam garis kemiskinan.
Tepat tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dua kota di Jepang dijatuhi bom atom oleh Sekutu. Jepang kemudian menyerah tanpa syarat, yang artinya wilayah-wilayah jajahan Jepang tidak lama lagi akan diambil alih oleh pihak sekutu, termasuk Indonesia. Padahal sebelumnya Jepang pernah berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Para pemuda yang mengetahui adanya kekosongan kekuasaan mulai berinisiatif mendesak tokoh nasional untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tidak mudah bagi para pemuda untuk meyakinkan, karena tokoh nasional masih menunggu janji kemerdekaan dari Jepang. Sehingga terjadilah peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, di mana tokoh nasional diculik di suatu tempat agar tidak terpengaruh oleh Jepang dan kemudian didesak agar segera menyusun teks proklamasi untuk selanjutnya mengumumkan kemerdekaan.
Penyusunan teks proklamasi sendiri dilakukan di rumah Laksamana Maeda, yang bersedia menjamin keamanan dan keselamatan Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Setelah teks promoklamasi disusun, kemudian diketik oleh Sayuti Melik.
Tepat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB pembacaan teks proklamasi dilakukan di kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat. Teks proklamasi dibacakan langsung oleh Soekarno dan didampingi Moh Hatta serta disaksikan oleh tokoh-tokoh nasional dan masyarakat Indonesia, kemudian dilanjutkan pengibaran bendera merah putih dan diiringi lagu Indonesia Raya.
Indonesia yang sudah memproklamasikan diri sebagai sebuah Negara ternyata belum diakui oleh Sekutu dan NICA Belanda. Sehingga terjadilah pertumpahan darah di berbagai daerah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Mulai dari Kota Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Bali dll, terjadi perlawanan luar biasa dari bangsa Indonesia atas kedatangan Sekutu dan Belanda yang ingin mengambil alih kekuasaan di Indonesia.
Berbagai upaya diplomasi juga dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Seperti Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar (KMB). Tepat tanggal 30 Desember 1949 akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara
dejure dan
defacto.Perjalanan bangsa Indonesia selanjutnya adalah menjaga kedaulatan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dari dalam. Tidak sedikit gerakan-gerakan rakyat yang ingin lepas dari NKRI dan mendirikan Negara sendiri. Mulai dari PKI Madiun, DI/TII, Permesta, PRRI, APRA, RMS, G30SPKI dll.Upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi tidak mudah, dan sampai saat ini pun, setelah Indonesia merdeka dan berusia 74 tahun, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia masih terus diuji dengan berbagai macam cara oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa Indonesia.Wilayah Indonesia sangat luas. Terdiri dari sekitar 17 ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Terdapat suku, budaya, adat istiadat, agama, tradisi yang beranekaragam. Artinya untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam tidak mudah, terlebih lagi dengan wilayah daratan yang terpisah-pisah oleh lautan.Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah tugas bersama. Tidak hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi juga menjadi kewajiban seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.Agar bangsa Indonesia tetap kokoh berdiri tegak, kita perlu mengisi kemerdekaan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama bagi para pemuda generasi penerus bangsa.Hal ini sesuai dengan amanat Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang berisi penerapkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.Harapannya ketika karkater bangsa Indonesia kokoh dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia akan tetap terjaga dan tidak mudah goyah oleh pengaruh ideologi lain. Sehingga ketertiban dan keamanan wilayah NKRI selalu mengiringi langkah kita menuju pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya. Dirgahayu Republik Indonesia. (*) *)
Dosen Tadris IPS IAIN Ponorogo
[caption id="attachment_170941" align="alignleft" width="150"]
Taqorrub Ubaidillah, M.Sc. *)[/caption]
TANGGAL 17 Agustus 2019 kita memperingati hari lahir Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74. Artinya negera Indonesia tercinta ini sudah berusia 3/4 abad jika 1 abad adalah 100 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang penuh lika-liku mengiringi roda kehidupan bangsa yang hingga kini masih tetap kokoh dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kita semua tahu bahwa awal berdirinya sebuah Negara yang bernama Indonesia ini tidak mudah. Sebelum negeri ini berdiri dan merdeka diatas kaki sendiri, bangsa kita pernah dijajah kurang lebih 3,5 abad lamanya oleh Belanda.
Kemudian dilanjutkan oleh Jepang yang menjajah 3,5 tahun. Selama masa kolonial tersebut, ada banyak perlawanan rakyat dari berbagai daerah yang ingin lepas dari belenggu penjajahan. Diantaranya perlawanan Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Antasari, Pattimura, Sultan Agung, Sultan Hasanudin, dll.
Perlawanan rakyat tersebut mengakibatkan pertumpahan darah yang luar biasa. Tidak sedikit jumlah korban yang berjatuhan. Tujuannya tidak lain adalah ingin keluar dari kolonialisme dan imperialisme yang dinilai menyengsarakan rakyat, karena bangsa Indonesia menjadi buruh di Tanah Air sendiri.
Kemudian tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan mengusir Belanda. Sepertinya ada angin segar atas kedatangan Jepang ke Indonesia, akan tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Ternyata Jepang juga menjajah bangsa Indonesia lebih kejam lagi. Dan lagi-lagi menambah penderitaan rakyat yang hidup dalam garis kemiskinan.
Tepat tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dua kota di Jepang dijatuhi bom atom oleh Sekutu. Jepang kemudian menyerah tanpa syarat, yang artinya wilayah-wilayah jajahan Jepang tidak lama lagi akan diambil alih oleh pihak sekutu, termasuk Indonesia. Padahal sebelumnya Jepang pernah berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Para pemuda yang mengetahui adanya kekosongan kekuasaan mulai berinisiatif mendesak tokoh nasional untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tidak mudah bagi para pemuda untuk meyakinkan, karena tokoh nasional masih menunggu janji kemerdekaan dari Jepang. Sehingga terjadilah peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, di mana tokoh nasional diculik di suatu tempat agar tidak terpengaruh oleh Jepang dan kemudian didesak agar segera menyusun teks proklamasi untuk selanjutnya mengumumkan kemerdekaan.
Penyusunan teks proklamasi sendiri dilakukan di rumah Laksamana Maeda, yang bersedia menjamin keamanan dan keselamatan Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Setelah teks promoklamasi disusun, kemudian diketik oleh Sayuti Melik.
Tepat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB pembacaan teks proklamasi dilakukan di kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat. Teks proklamasi dibacakan langsung oleh Soekarno dan didampingi Moh Hatta serta disaksikan oleh tokoh-tokoh nasional dan masyarakat Indonesia, kemudian dilanjutkan pengibaran bendera merah putih dan diiringi lagu Indonesia Raya.
Indonesia yang sudah memproklamasikan diri sebagai sebuah Negara ternyata belum diakui oleh Sekutu dan NICA Belanda. Sehingga terjadilah pertumpahan darah di berbagai daerah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Mulai dari Kota Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Bali dll, terjadi perlawanan luar biasa dari bangsa Indonesia atas kedatangan Sekutu dan Belanda yang ingin mengambil alih kekuasaan di Indonesia.
Berbagai upaya diplomasi juga dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Seperti Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar (KMB). Tepat tanggal 30 Desember 1949 akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara
dejure dan
defacto.
Perjalanan bangsa Indonesia selanjutnya adalah menjaga kedaulatan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dari dalam. Tidak sedikit gerakan-gerakan rakyat yang ingin lepas dari NKRI dan mendirikan Negara sendiri. Mulai dari PKI Madiun, DI/TII, Permesta, PRRI, APRA, RMS, G30SPKI dll.
Upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi tidak mudah, dan sampai saat ini pun, setelah Indonesia merdeka dan berusia 74 tahun, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia masih terus diuji dengan berbagai macam cara oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa Indonesia.
Wilayah Indonesia sangat luas. Terdiri dari sekitar 17 ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Terdapat suku, budaya, adat istiadat, agama, tradisi yang beranekaragam. Artinya untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam tidak mudah, terlebih lagi dengan wilayah daratan yang terpisah-pisah oleh lautan.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah tugas bersama. Tidak hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi juga menjadi kewajiban seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Agar bangsa Indonesia tetap kokoh berdiri tegak, kita perlu mengisi kemerdekaan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama bagi para pemuda generasi penerus bangsa.
Hal ini sesuai dengan amanat Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang berisi penerapkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.
Harapannya ketika karkater bangsa Indonesia kokoh dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia akan tetap terjaga dan tidak mudah goyah oleh pengaruh ideologi lain. Sehingga ketertiban dan keamanan wilayah NKRI selalu mengiringi langkah kita menuju pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya. Dirgahayu Republik Indonesia. (*)
*)
Dosen Tadris IPS IAIN Ponorogo