Minggu, 26 Januari 2025


BANYAKNYA sampah di sepanjang sungai sekitar Pelabuhan Perikanan di Juwana, Kabupaten Pati, perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Sampah hasil produksi rumah tangga terlihat mendominasi di muara sungai. Siapa yang harus dikambing hitamkan? Tentu ini kesalahan kolektif yang dilakukan oleh tangan-tangan jahil yang kurang sadar akan lingkungan.

Sampah produksi rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak di bantaran Sungai Juwana. Setelah ditelusuri, sampah tersebut tidak hanya berasal dari muara sungai tapi juga dari hilir sungai di wilayah Pati.

Kita bisa lihat sungai-sungai di hilir banyak menyumbang sampah plastik yang sengaja dibuang oleh warga. Parahnya, meski sudah ada larangan tertulis di sungai tersebut, tetap saja warga tidak mengindahkan larangan tersebut. Kenapa demikian?. Karena warga kurang peduli akan lingkungan dan kurangnya kesadaran kolektif terhadap lingkungan.

Problem sampah di wilayah Pati sudah tahap darurat. Mengapa? Karena sudah mengganggu jalur lalu lintas kapal nelayan di Juwana. Di mana sampah mengendap di sungai dan mengakibatkan kedangkalan sungai, sehingga mengganggu jalur lalu lintas kapal.

Akibatnya, berdampak pada perekonomian warga. Secara eksplisit, akibat dari pembuangan sambah di sungai adalah bajir. Di mana di wilayah tertentu sekitar Pati, banjir menjadi musiman. Hal itu saya rasakan, di mana daerah tinggal saya di Pati Kidul menjadi daerah yang selalu terdampak banjir tiap tahunnya. Parahnya, tahun ini banjir sampai masuk di kebun belakang rumah. Padahal tahun-tahun sebelumnya belum pernah terjadi.

Kausalitas tersebut tentu perlu solusi yang tepat agar sejarah banjir tidak terulang kembali. Kata Karl Marx, “Sejarah berulang, pertama sebagai tragedi, kedua sebagai komedi”.

Kepedulian lingkungan harus menjadi kesadaran kolektif warga Pati. Mengenai persoalan sampah ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah selaku pemilik otoritas.
Pertama, pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan tegas. Jangan menunggu terkena dampak terlebih dahulu baru bereaksi. Ingat adagium, “mencagah lebih baik dari pada mengobati”.Kedua, pemerintah perlu menyosialisasikan secara masif pentingnya mengelola sampah. Hal ini bisa dilakukan di semua lini dari Pemerintah Kabupaten Pati sampai ke desa-desa. Buatlah konten kreatif di media linimasa atau di ruang publik. Semisal buatlah diktum “Buanglah sampah pada tempatnya, buanglah mantan pada temannya”.Ketiga, adanya pendidikan pada warga bagaimana mendaur ulang sampah menjadi barang produktif yang bernilai ekonomi.Keempat, evaluasi kurikulum pendidikan khususnya tentang ekologi. Di mana materi ekologi yang sudah ada tidak sekedar sebagai sebuah pengetahuan saja tanpa ada tindakan lanjut. Sekadar tahu dan melakukan tidaklah cukup tanpa ada habitus yang kemudian bermetamorfosis menjadi karakter.Darurat sampah yang menjadi problem kita bersama tentu tidak akan menemukan muaranya tanpa kerja kolektif warga Pati. Semoga kita sadar akan pentingnya ekologi. Karena kita pada dasarnya adalah bagian dari ekologi. (*) *)Mahasiswa Pascaserjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Warga Blingijati, Winong, Pati

Baca Juga

Komentar

Gagasan Terkini

Terpopuler