GURU merupakan seorang pembimbing dan penuntun untuk menjadikan seseorang menjadi pintar dan dewasa dalam berpikir maupun bersikap. Peran seorang guru menjadi sangat vital bagi perkembangan generasi muda, sebab, mereka adalah “orang tua” bagi anak-anak yang sebagian waktunya, setiap hari dihabiskan di sekolah.
Maka tak heran, jika peran guru mendapatkan sorotan dari masyarakat luas. Sebab, guru menjadi kunci vital terhadap maju atau tidaknya dunia pendidikan. Mereka yang menjadi nahkoda untuk membawa anak didiknya ke sebuah tujuan pendidikan yang berkarakter dan bermoral, dengan jalur atau proses yang belum tentu sama antara satu guru dengan guru lain.
Tak dapat dipungkiri pula, dalam proses tersebut, terkadang ada tindakan yang “kurang wajar” dan justru bisa berdampak adanya ketidaksesuaian dengan kondisi masa kini. Bahkan, bisa pula mengakibatkan fatal terhadap kondisi psikis dan fisik dari peserta didik. Dapat dibayangkan, jika hal seperti ini dapat memicu reaksi dari publik, apalagi, kini zamannya sudah era sosial media, yang sangat memungkinkan informasi-informasi terkait apa yang terjadi dalam dunia pendidikan menyebar dengan sangat cepat.
Contoh saja, dalam beberapa hari terakhir ini, dunia pendidikan kembali menjadi sorotan publik. Bukan soal prestasi tentunya, sebab, jika hal seperti itu terkadang tak terlalu “dihebohkan” oleh publik, khususnya netizen.
Kali ini terkait dengan insiden adanya belasan siswa SMAN 1 Mlonggo, Jepara, yang pingsan akibat menjalankan sanksi atau hukuman yang diperintahkan oleh kepala sekolahnya. Sanksinya berupa lari, baris berbaris dan bersih-bersih dalam kondisi diguyur hujan deras. Mereka, yang fisiknya tak kuat karena kedinginan, lantas pingsan dan harus dilarikan ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Bahkan, dua di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit.
Peristiwa ini bermula, ketika, pada hari itu ada puluhan siswa yang terlambat masuk sekolah, yang memang jam masuk dimajukan setengah jam lebih awal, yakni pukul 06.30 WIB. Hal ini tak lepas adanya program bersih lingkungan atau yang disebut Jumat Bersih.
Kepala sekolah sendiri menyampaikan, jika jam masuk dimajukan lebih awal, agar tidak mengganggu jam kegiatan belajar mengajar dengan adanya Program Jumat Bersih tersebut. Namun, yang terjadi hari itu, ada lebih dari 50 siswa yang datang terlambat dan tidak dapat masuk karena pintu gerbang sudah dikunci. Selanjutnya, mereka pun terkena sanksi.
Dalam hal ini, sang kepala sekolah juga mengatakan jika sanksi yang diberikan kepada siswanya itu bukan dimaksudkan untuk menyiksa dan tidak menginginkan peristiwa pingsannya belasan siswa itu terjadi. Sanksi tersebut dimaksudkan untuk memberikan pendidikan disiplin dan pendidikan karakter.
Namun demikian, hal tersebut sudah terlanjur terjadi. Gelombang protes pun muncul dari berbagai lini, khususnya orang tua dan siswa. Bahkan, pada hari berikutnya, siswa melakukan aksi demontrasi layaknya mahasiswa atau ormas yang membawa beragam karton yang bertuliskan tuntutan, yang intinya menuntut agar Kepala SMAN 1 Mlonggo lengser.