Selasa, 14 Januari 2025

Akhir Pekan yang Melelahkan

Deka Hendratmanto
Senin, 29 Juli 2019 15:50:15
Akhir Pekan yang Melelahkan
Bupati Tamzil keluar dari Gedung KPK untuk dibawa ke rumah tahanan. (MURIANEWS.com/Ali Muntoha)

MENYESAL. Itulah ekspresi yang paling mendominasi perasaan saya setelah beberapa jam mengikuti perkembangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggerebek pendapa kabupaten di kota kretek dan menahan Bupati Kudus HM Tamzil plus sejumlah orang lainnya.

"Aku iki posisine rada gela karo kejadian iki," demikian bunyi pesan singkat WA yang saya kirim ke seorang teman ASN di lingkungan Pemkab, Jumat (26/7/2019) malam.

Beberapa jam sebelumnya, persis usai waktu salat Maghrib, saya juga mengatakan hal yang sama ke warga Kudus yang kini beraktivitas di PP Muhammadiyah.

Dia menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran kabar penangkapan Bupati Tamzil. "Jakarta sudah ramai ini, mas!" katanya di ujung telepon genggamnya.

Keesokan harinya, saya kembali mengulang kalimat yang kurang lebih sama, setelah salah satu petinggi partai pengusung Bupati Tamzil, menghubungi via telepon.

Kenapa saya menyesal? Pertama, karena Bupati Tamzil ini, ibaratnya, sudah diberi kesempatan untuk menebus dosa atau kesalahan di masa lalu.

Kedua, karena Bupati Tamzil sudah didawuhi banyak romo kiai agar fokus beribadah menjalankan tugas dan tidak berbuat aneh-aneh di masa pemerintahannya kali ini.

Ketiga, saya seperti deja vu. Di masa memerintah Kudus periode 2003-2008, saya adalah wartawan muda yang hampir setiap hari ngantor di depan ruang kerja bupati, bersama seorang reporter radio lokal.

Hal ini membuat saya dekat secara profesi dengan Bupati Tamzil. Tapi kedekatan itu merenggang ketika saya mulai mengkritik banyak program kerjanya yang bermasalah lewat tulisan. Saya memang ditugaskan kantor untuk meliputnya. Di situ profesionalitas jurnalis saya diuji.

Satu per satu kasus dugaan korupsi di sekitar Bupati Tamzil rajin saya tulis. Membuat suhu politik di Kudus saat itu menghangat.

Termasuk yang rajin saya tulis adalah dugaan korupsi proyek sarpas pendidikan tahun 2004 senilai lebih dari Rp 20 miliar. Kasus ini pula yang akhirnya membuat Bupati Tamzil harus mendekam di penjara pada tahun 2015 setelah purnatugas.

Setelah aksi OTT KPK itu, saya pun merasa mengalami deja vu. Bedanya, kali ini bukan saya yang melakukan reportase. Tapi media yang saya pimpin.

Seharian itu saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Mengikuti laporan demi laporan dari tim redaksi di lapangan.

Sejenak saya berpikir.

Kemudian muncul sederet pertanyaan penyesalan di benak ini. Kenapa bisa terjadi? Kenapa Pak Tamzil begitu ceroboh? Kenapa Pak Tamzil terjatuh di lubang yang sama? Dan kenapa Pak Tamzil harus "bertemu" saya lagi untuk urusan yang sama?

Saya pun berpikir lagi.

Bagaimana MURIANEWS.com harus memosisikan diri? Pasif menunggu perkembangan? Atau aktif mencari segala informasi yang terkait dengan peristiwa tersebut?

Saya pun memutuskan MURIANEWS.com harus aktif. Dan harus all out. Tujuannya hanya satu: menjaga visi MURIANEWS.com sebagai media yang independen, modern, dan profesional.

Tim redaksi di lapangan pun saya brief agar tidak saja membuat berita dengan cepat dan tepat, tapi harus akurat.Soal akurasi berita ini yang mendorong saya agar MURIANEWS.com mendapatkan konfirmasi langsung dari KPK.Awalnya, redaksi saya minta menghubungi nomor pribadi Jubir KPK Febri Diansyah. Tapi karena gak aktif, saya minta kepada redaksi untuk menghubungi nomor pribadi Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan."Kalau tidak bisa dihubungi, tinggalkan pesan," begitu kata saya ke redaksi.Dan seperti diketahui, pada akhirnya pesan yang ditinggalkan itu dibalas oleh Basaria. Konfirmasi pun diperoleh. Akurasi berita terjaga.Soal akurasi berita ini pula yang membuat saya melarang MURIANEWS.com menayangkan delapan nama di luar Bupati Tamzil yang menurut informasi di lapangan, sempat ditahan KPK.Kenapa demikian? Karena tim redaksi saat itu gagal mendapatkan konfirmasi terkait delapan nama di luar Bupati Tamzil yang ditahan KPK.Saya tidak menginginkan MURIANEWS.com melakukan trial by the press dengan mengunggah nama-nama tersebut. "Kalau sudah menyangkut nama, harus 100% confirmed. Kalau salah bisa jadi fitnah," begitu pesan saya ke redaktur.Hari Jumat itu tampaknya menjadi hari yang panjang bagi tim redaksi. Karena saya minta redaktur tetap standby di newsroom sampai tidak ada lagi informasi yang perlu dilaporkan ke masyarakat.Jam 20.00 sudah lewat. Saya yang belum lama berada di newsroom, memerintahkan dua orang untuk pergi ke Jakarta.Sebenarnya beberapa jam sebelumnya saya sudah meminta reporter untuk siap-siap pergi ke Jakarta.Tapi baru malam itu saya putuskan siapa yang berangkat. Kebetulan masih ada slot dua orang untuk penerbangan pukul 06.00 hari Sabtu (27/7/2019) lalu.Itulah bentuk totalitas MURIANEWS.com dalam musibah ini.Belakangan, keputusan saya untuk tidak menayangkan delapan nama di luar Bupati Tamzil, menjadi tepat setelah Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan merilis nama-nama tersangka dalam peristiwa itu.Bukan tidak mungkin, akan muncul nama-nama tersangka baru karena KPK terus mengusut dan mengembangkan kasus ini.Bahkan seperti diketahui bersama, KPK kembali mendatangi pendapa kabupaten di Minggu (28/7) pagi dan mengangkut sejumlah dokumen untuk keperluan penyidikan.Mari kita tunggu saja bagaimana perkembangan kasus ini selanjutnya. Yang jelas, ini adalah sebuah musibah yang risikonya bukan saja harus ditanggung Bupati Tamzil dan para tersangka lainnya, tapi juga ditanggung seluruh warga Kudus. Setidaknya, kita semua yang berstatus warga Kudus, pasti malu dengan peristiwa ini.Semoga saja peristiwa ini jadi pelajaran berharga untuk kita semua. Dan semoga pula, ada hikmah di balik ini semua. Amin. (*)*) Editor in Chief, MURIANEWS.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler