Jika sebelum-sebelumnya digelar usai semua kompetisi di Eropa selesai digulirkan, maka tahun ini pelaksanaannya terjadi di tengah-tengah musim liga di Eropa. Soal waktu pelaksanaan Piala Dunia, hegemoni Eropa dalam kancah sepak bola dunia mulai dikesampingkan sepertinya.
Berbagai isu di luar sepak bola, juga menyertai persiapan Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia 2022. Masalah pelanggaran hak asasi manusia menyeruak, dalam proses pembangunan infra strukturnya.
Banyaknya pekerja migran yang meninggal dunia dalam persiapan Piala Dunia Qatar menjadi sorotan. Hal ini memunculkan suara-suara sumbang yang mengiringi keberlangsungan Piala Dunia 2022.
Penunjukan Qatar menjadi tuan rumah, juga memberi implikasi pada masalah lain di luar sepak bola. Kebiasaan-kebiasaan barat dalam konteks sepak bola akan bertemu dengan hal yang berbeda di Qatar yang menjunjung tinggi nilai ketimuran.
Situasi ini juga memerlukan ‘penyesuaian’ dari masyarakat sepak bola Eropa yang akan datang ke Qatar. Masalah-masalah non sepak bola yang menyertai Piala Dunia 2022 di Qatar, dimungkinkan akan menjadi ‘dialektika’ yang masih layak akan ditunggu.
Piala Dunia, dalam konteks budaya memang merupakan momen akbar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Dengan kondisi-kondisi yang menyertainya di Piala Dunia 2022, patut ditunggu apakah sepak bola masih bisa mempersatukan dunia.
Kembali pada konteks Piala Dunia 2022 yang digelar di tengah-tengah kompetisi Eropa yang sedang bergulir, juga akan memberi dampak. Tanda-tandanya sudah banyak muncul, dengan banyaknya persinggungan antara kepentingan klub dan Timnas peserta Piala Dunia 2022.
Tidak dipungkiri, Eropa adalah pusat sepak bola dunia. Dari sekian banyak pemain bintang yang turun di Piala Dunia, sebagian besar berlaga di Eropa. Untuk Piala Dunia 2022, situasi ini membuat fokus para pemain menjadi terbelah.
Disatu sisi para pemain masih harus memikirkan pertandingan bersama klub, dan disisi lain mereka juga harus memikirkan timnasnya masing-masing. Cedera pemain, menjadi ‘hantu menyeramkan’ yang harus dihadapi para pemain.Seorang Pep Guardiola bahkan menilai, Piala Dunia 2022 adalah turnamen yang penuh ‘kegilaan’. Turnamen ini akan menjadi sesuatu yang berat bagi para pemain. Kebugaran pemain akan menjadi problem besar.Dimungkinkan, para pemain bintang yang akan turun di Piala Dunia 2022 akan menghadapi persoalan mengenai kondisi kebugarannya. Lebih jauh akan berpengaruh pada permainan individu dan merambat ke tim.Dari sinilah ada kemungkinan masalah kualitas Piala Dunia 2022 akan terpengaruh. Namun demikian, di sisi lain situasi ini juga akan memberi kesempatan bagi tim-tim dari Asia dan Afrika untuk muncul.Tim-tim dari Asia dan Afrika sebagian besar memiliki basis pemain dari liga-liga non Eropa. Dari sisi kebugaran pemain, mereka dimungkinkan memiliki kesiapan lebih baik. Jumlah pertandingan Liga di Asia dan Afrika tentu tidak sepadat seperti di Eropa.Kondisi ini juga memungkinkan bisa memunculkan kejutan-kejutan besar. Jika selama ini tidak ada yang berani menyebut tim-tim dari Asia dan Afrika bisa mengejutkan di Piala Dunia, maka di Piala Dunia 2022 ini besar kemungkinan terjadi.Tidak ada salahnya jika di Piala Dunia 2022 ada sebuah keberanian untuk memikirkan adanya sejarah baru yang mengejutkan. Tim dari Asia atau Afrika merebut gelar Juara Dunia untuk kali pertama dalam sejarah misalnya.Layak untuk ditunggu apakah itu bisa terjadi di Piala Dunia 2022. Jika selama ini tim Eropa dan Amerika Selatan yang mendominasi gelar juara dunia, akankah tim dari Asia dan Afrika bisa melakukan hal yang sama.Piala Dunia 2022, Piala Dunia yang digelar di waktu berbeda. Akankah ada hasil yang berbeda dibanding Piala Dunia sebelumnya? Mari kita tunggu bersama sambil menikmati secangkir kopi di depan televisi, mulai pekan depan. (*)
Murianews, Kudus – Piala Dunia 2022 dalam sepekan ke depan sudah digelar di Qatar. Edisi 2022 ini, Piala Dunia digelar dalam perubahan waktu yang sangat berbeda. Ini disebut akan banyak berpengaruh bagi kualitas penyelenggaraan turnamen akbar sepak bola dunia ini.
Jika sebelum-sebelumnya digelar usai semua kompetisi di Eropa selesai digulirkan, maka tahun ini pelaksanaannya terjadi di tengah-tengah musim liga di Eropa. Soal waktu pelaksanaan Piala Dunia, hegemoni Eropa dalam kancah sepak bola dunia mulai dikesampingkan sepertinya.
Berbagai isu di luar sepak bola, juga menyertai persiapan Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia 2022. Masalah pelanggaran hak asasi manusia menyeruak, dalam proses pembangunan infra strukturnya.
Banyaknya pekerja migran yang meninggal dunia dalam persiapan Piala Dunia Qatar menjadi sorotan. Hal ini memunculkan suara-suara sumbang yang mengiringi keberlangsungan Piala Dunia 2022.
Penunjukan Qatar menjadi tuan rumah, juga memberi implikasi pada masalah lain di luar sepak bola. Kebiasaan-kebiasaan barat dalam konteks sepak bola akan bertemu dengan hal yang berbeda di Qatar yang menjunjung tinggi nilai ketimuran.
Situasi ini juga memerlukan ‘penyesuaian’ dari masyarakat sepak bola Eropa yang akan datang ke Qatar. Masalah-masalah non sepak bola yang menyertai Piala Dunia 2022 di Qatar, dimungkinkan akan menjadi ‘dialektika’ yang masih layak akan ditunggu.
Piala Dunia, dalam konteks budaya memang merupakan momen akbar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Dengan kondisi-kondisi yang menyertainya di Piala Dunia 2022, patut ditunggu apakah sepak bola masih bisa mempersatukan dunia.
Kembali pada konteks Piala Dunia 2022 yang digelar di tengah-tengah kompetisi Eropa yang sedang bergulir, juga akan memberi dampak. Tanda-tandanya sudah banyak muncul, dengan banyaknya persinggungan antara kepentingan klub dan Timnas peserta Piala Dunia 2022.
Tidak dipungkiri, Eropa adalah pusat sepak bola dunia. Dari sekian banyak pemain bintang yang turun di Piala Dunia, sebagian besar berlaga di Eropa. Untuk Piala Dunia 2022, situasi ini membuat fokus para pemain menjadi terbelah.
Disatu sisi para pemain masih harus memikirkan pertandingan bersama klub, dan disisi lain mereka juga harus memikirkan timnasnya masing-masing. Cedera pemain, menjadi ‘hantu menyeramkan’ yang harus dihadapi para pemain.
Seorang Pep Guardiola bahkan menilai, Piala Dunia 2022 adalah turnamen yang penuh ‘kegilaan’. Turnamen ini akan menjadi sesuatu yang berat bagi para pemain. Kebugaran pemain akan menjadi problem besar.
Dimungkinkan, para pemain bintang yang akan turun di Piala Dunia 2022 akan menghadapi persoalan mengenai kondisi kebugarannya. Lebih jauh akan berpengaruh pada permainan individu dan merambat ke tim.
Dari sinilah ada kemungkinan masalah kualitas Piala Dunia 2022 akan terpengaruh. Namun demikian, di sisi lain situasi ini juga akan memberi kesempatan bagi tim-tim dari Asia dan Afrika untuk muncul.
Tim-tim dari Asia dan Afrika sebagian besar memiliki basis pemain dari liga-liga non Eropa. Dari sisi kebugaran pemain, mereka dimungkinkan memiliki kesiapan lebih baik. Jumlah pertandingan Liga di Asia dan Afrika tentu tidak sepadat seperti di Eropa.
Kondisi ini juga memungkinkan bisa memunculkan kejutan-kejutan besar. Jika selama ini tidak ada yang berani menyebut tim-tim dari Asia dan Afrika bisa mengejutkan di Piala Dunia, maka di Piala Dunia 2022 ini besar kemungkinan terjadi.
Tidak ada salahnya jika di Piala Dunia 2022 ada sebuah keberanian untuk memikirkan adanya sejarah baru yang mengejutkan. Tim dari Asia atau Afrika merebut gelar Juara Dunia untuk kali pertama dalam sejarah misalnya.
Layak untuk ditunggu apakah itu bisa terjadi di Piala Dunia 2022. Jika selama ini tim Eropa dan Amerika Selatan yang mendominasi gelar juara dunia, akankah tim dari Asia dan Afrika bisa melakukan hal yang sama.
Piala Dunia 2022, Piala Dunia yang digelar di waktu berbeda. Akankah ada hasil yang berbeda dibanding Piala Dunia sebelumnya? Mari kita tunggu bersama sambil menikmati secangkir kopi di depan televisi, mulai pekan depan. (*)