Bagaimana tidak, salah satu pelaku yang berinisial MS, secara sadar dan tega membuat video asusila dirinya sendiri dengan anak kandungnya menggunakan ponsel pribadi.
Kekejaman semacam ini, yang melibatkan orang-orang terdekat sebagai antagonis, menciptakan jurang kepercayaan yang mendalam dan meruntuhkan fondasi keamanan bagi sang anak.
Jika di dalam rumah sendiri seorang anak tidak aman, di mana lagi mereka bisa mencari perlindungan? Ini adalah siklus mengerikan kekerasan yang tidak bisa lagi dianggap remeh atau diselesaikan secara parsial.
Pemerintah seharusnya sadar dengan tanggung jawab yang besar ini. Mereka tidak hanya harus menindak tegas pelaku, namun juga membongkar akar masalah dan membangun sistem perlindungan yang lebih kompleks dan terjamin.
Program rehabilitasi bagi korban harus diintensifkan, dukungan psikologis harus tersedia, dan pendampingan hukum harus memastikan keadilan ditegakkan setegak-tegaknya. Lebih dari itu, kesadaran dan kepedulian harus ditanamkan secara masif di setiap lini masyarakat.
Kasus penangkapan enam tersangka grup Facebook Fantasi Sedarah oleh Bareskrim Polri, termasuk satu di antaranya yang diringkus di Kudus, sungguh mengiris hati dan memicu keprihatinan mendalam.
Bagaimana tidak, salah satu pelaku yang berinisial MS, secara sadar dan tega membuat video asusila dirinya sendiri dengan anak kandungnya menggunakan ponsel pribadi.
Fakta ini bukan sekadar kasus kriminal biasa. Ini merupakan sebuah tamparan keras yang menegaskan satu kenyataan menakutkan. Yakni ancaman terbesar bagi anak-anak kini juga datang dari lingkungan paling dekat, bahkan dari figur seorang yang dianggapnya sebagai pelindung.
Kekejaman semacam ini, yang melibatkan orang-orang terdekat sebagai antagonis, menciptakan jurang kepercayaan yang mendalam dan meruntuhkan fondasi keamanan bagi sang anak.
Jika di dalam rumah sendiri seorang anak tidak aman, di mana lagi mereka bisa mencari perlindungan? Ini adalah siklus mengerikan kekerasan yang tidak bisa lagi dianggap remeh atau diselesaikan secara parsial.
Pemerintah seharusnya sadar dengan tanggung jawab yang besar ini. Mereka tidak hanya harus menindak tegas pelaku, namun juga membongkar akar masalah dan membangun sistem perlindungan yang lebih kompleks dan terjamin.
Program rehabilitasi bagi korban harus diintensifkan, dukungan psikologis harus tersedia, dan pendampingan hukum harus memastikan keadilan ditegakkan setegak-tegaknya. Lebih dari itu, kesadaran dan kepedulian harus ditanamkan secara masif di setiap lini masyarakat.
Di tengah maraknya kasus kejahatan seksual pada anak yang semakin beragam modus dan pelakunya, satu hal yang krusial dan tidak bisa lagi ditunda adalah implementasi pendidikan seksual yang baik dan tidak tabu sejak usia dini.
Masyarakat sejauh ini sering menghindari ini dengan alasan tidak pantas dan belum saatnya. Inin bukan saatnya lagi karena realitas di lapangan sudah menunjukkan dampak dari mindset yang salah seperti ini.
Celah kerawanan bagi sang anak akhirnya tercipta akibat ketabuan-ketabuan yang seharusnya tidak perlu dirisaukan.
Pendidikan seksual dini bukan tentang mengajarkan hal-hal vulgar, melainkan tentang membekali anak dengan pemahaman dasar tentang tubuh mereka, hak privasi, batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh disentuh serta mengenali jenis-jenis sentuhan yang aman dan tidak aman.
Anak perlu dipahamkan untuk mengetahui bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri dan mereka memiliki hak untuk menolak atau mengatakan "tidak" jika merasa tidak nyaman.
Mereka harus diajarkan kepada siapa mereka bisa mengadu dan mencari bantuan jika mengalami hal yang tidak mengenakkan.
Dengan pemahaman yang kuat sejak dini, anak akan memiliki kewaspadaan diri yang penting. Mereka akan lebih mampu membedakan mana perilaku yang sudah masuk tahap melecehkan dan tidak benar dan mana yang normal.
Ini akan membentuk benteng pertahanan internal yang sangat efektif melawan upaya-upaya eksploitasi dan kekerasan, yang sayangnya, sering kali dilakukan oleh orang-orang yang dikenal dan dipercaya anak.
Kasus-kasus seperti "Fantasi Sedarah" ini adalah cermin betapa daruratnya situasi perlindungan anak di negara kita.
Sudah saatnya kita menanggalkan segala keraguan dan tabu seputar pendidikan seksual. Ini bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan moral dan sosial untuk melindungi masa depan anak-anak kita