MUNGKIN sudah nasibnya, polisi selalu menjadi subjek yang jadi titik tuding atas berbagai ketidaksenangan masyarakat. Mungkin juga seperti ungkapan yang sering muncul "laki-laki selalu salah di hadapan wanita", begitu juga mungkin yang dialami institusi kepolisian. Polisi selalu saja salah di hadapan masyarakat. Polisi jadi humanis dianggap tak tegas, polisi galak dianggap semena-mena, polisi rajin membantu dianggap pencitraan dan lainnya.
Segala kebaikan, prestasi yang dicapai polisi akan langsung hilang, dengan satu poin yang entah itu benar atau tidak. Kita lihat saja kasus yang menimpa Kombes Pol Krishna Murti, mantan Diresrkrimum Polda Metro Jaya yang memopulerkan Turn Back Crime itu. Krishna kini dirundung tudingan penganiayaan kepada seorang model cantik.
Krishna yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Polda Lampung itu, disebut-sebut telah menganiaya seorang wanita bernama Novena Widjaya. Meski sang wanita sudah mengeluarkan bantahan, namun berita tentang penganiayaan itu sudah kadung viral. Yang secara otomatis sedikit banyak telah mengubah persepsi masyarakat terhadap Krishna. Dan yang lebih parah, kasus ini menjadi pembenaran anggapan bahwa polisi itu ya begitu, kasar, menang-menangan, mata duitan, dan lain-lain. Masyarakat yang tak suka lantas menjadi alasan untuk nggebyah uyah menganggap semua polisi itu buruk.
Padahal saat ini Polri tengah membangun ulang image menjadi institusi yang benar-benar profesional dan modern. Sejak Jenderal Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolri, ia langsung mengeluarkan gebrakan untuk mengubah institusi Polri, yakni melalui program Promoter (Profesional, Modern, dan Terpercaya).
Tiga poin ini menjadi utama, untuk menyesuaikan kondisi perkembangan zaman, teknologi, dan kebutuhan di lapangan. Profesional : sumberdaya manusia (SDM) Polri tak boleh lagi bermental lawas, pelatihan dan peningkatan kapasitas harus terus digencarkan. Sehingga profesionalisme polisi tak hanya sekadar menjadi hal yang digembar-gemborkan. Modern, dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam berbagai macam pelayanan, dan yang terakhir dan terpenting yakni "Terpercaya". Untuk menjadi polisi yang terpercaya inilah sebenarnya yang paling penting untuk terus diperjuangkan institusi kepolisian.
Sejak program Promoter ini digalakkan, semua jajaran kepolisian mulai dari mabes, polda hingga ke polres-polres dan polsek sangat giat melaksanakannya. Berbagai macam bentuk cara dilakukan polisi, untuk semakin dekat dan terpercaya di hati masyarakat.
Coba lihat saja saat ini, hampir semua kepolisian di daerah sangat-sangat rajin "bergaul" dengan masyarakat. Mereka menjadi sangat humanis, sopan, senyum dan menyapa. Bahkan kalau bicara masalah kesopanan ini, para polwan-polwan cantik itu tak kalah sopan dan menawan dari pegawai bank.
Di kawasan eks-Karesidenan Pati ini, salah satu Polres yang sangat gencar mendekatkan diri dengan masyarakat yakni Polres Rembang. Setiap pagi hampir di setiap sekolah yang berada di pinggir raya, polisi hadir untuk membantu menyeberangkan siswa, tak hanya polisi berpangkat rendah, perwira seperti kapolres juga ikut turun.
Kapolres Rembang AKBP Sugiharto juga kerap datang blusukan ke desa-desa terpencil, melihat kondisi warga di sana, mendengarkan keluhan, dan memberikan bantuan. Dari aksi ini diketahui ada kondisi di Rembang yang cukup mengenaskan. Salah satu warga Dukuh Ngotoko, Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Rembang, terpaksa harus melahirkan di tengah jalan di atas truk dump. Hal ini terjadi lantaran jarak dukuh itu ke puskesmas sangat-sangat jauh, sementara akses jalan di dukuh itu sangat buruk. Karena tak tahan dengan goncangan yang kuat saat diantarkan menggunakan truk, sang ibu itu akhirnya melahirkan di tengah jalan. Untung saja si bayi dan ibunya selamat.