TIAP tahun jutaan siswa di Jawa Tengah lulus dan melangkah untuk menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru menjadi gerbang untuk para lulusan ini melanjutkan pendidikan menengahnya.
Catatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah tahun ini ada setengah juta lebih siswa yang lulus dari SMP atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Tepatnya 541.073 siswa.
Sebagian besar dari lulusan SMP/MTs ini pasti berharap bisa melanjutkan di sekolah berstatus negeri. Baik SMA maupun SMK. Tak hanya siswa, orang tuanya pasti juga berharap serupa.
Alasannya tak lain adalah mengenai biaya pendidikan.
Biaya di sekolah negeri tentu jauh lebih murah (kalau tidak bisa disebut 100 persen gratis) ketimbang sekolah swasta.
Namun, nyatanya tak akan bisa. Tak semua lulusan SMP/MTs di Jateng bisa tertampung di SMA/SMK negeri. Pintu masuk ke sekolah negeri ciut. Alias, kuotanya tak cukup.
Bahkan tidak sampai 50 persen dari jumlah lulusan SMP/MTs di Jawa Tengah yang bisa diterima.
Tahun ini Disdikbud Jateng hanya menyiapkan kuota sebanyak 225.230 kursi untuk PPDB di SMA/SMK negeri. Kuota ini hanya mampu menampung 41,62 persen dari jumlah lulusan.
Memang tiap tahun kuota PPDB SMA/SMK negeri di Jawa Tengah ini terus bertambah. Tahun ini penambahannya sekitar tiga ribuan peserta didik baru.
Tak hanya kuota, jarak sekolah yang sebagain besar numpuk di wilayah perkotaan juga menjadi permasalahan sendiri. Terutama bagi siswa yang ada di daerah pinggiran.
Tidak seperti SMP negeri yang di sebagian besar kecamatan ada, SMA atau SMK negeri di Jawa Tengah rata-rata berada di kawasan kota.
Kesempatan siswa yang berada di daerah pinggiran tipis jika berebut di jalur zonasi. Siswa yang rumahnya paling dekat sekolah tentu yang paling berpeluang.
Padahal jalur zonasi mempunyai kuota paling besar. Jika pun melalui jalur prestasi, tentu persaingannya akan lebih ketat. Kuotanya juga tidak banyak.
Jadi mau tidak mau, sekolah swasta dan madrasah menjadi pilihan. Madrasah Aliyah negeri memang tak banyak, tapi Madrasah Aliyah swasta jumlahnya tak sedikit.
Dan sebagian besar madrasah-madrasah ini berada di daerah pinggiran, berada di kecamatan. Yang rata-rata biaya pendidikannya pun tak mahal.
Ini bisa menjadi solusi bagi siswa di daerah pinggiran, meskipun tak bisa menyeluruh.
Maka ke depan, selain harus memperbanyak kuota PPDB, pemerintah juga harus memikirkan untuk mendekatkan sekolah-sekolah negeri ke siswa.
Karena setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mengakses dan mendapatkan pendidikan. (*)